Emangnya, suatu amalan kecil yang kita lakukan bisa menjadi sumber pahala tak terputus, seperti halnya aliran air yang terus mengalir, ya?

Ya! Itulah amal jariyah. Amal jariyah merupakan konsep dalam Islam yang mengacu pada amal baik yang memberikan manfaat berkelanjutan, bahkan setelah pelakunya meninggal dunia. Ketika kita berbicara tentang amal jariyah, kita sebenarnya sedang membahas investasi terbaik untuk dunia dan akhirat. Hal ini karena setiap kebaikan yang kita tanam, setiap sumbangan yang kita berikan, bukan hanya berdampak pada kehidupan orang lain, tetapi juga menjadi bekal yang tak ternilai untuk diri kita sendiri di akhirat.

Salah satu contoh konkret dari amal jariyah adalah pembangunan masjid. Masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat pendidikan, kegiatan sosial, dan komunitas. Jika orang-orang beribadah, belajar, atau melakukan kebaikan di masjid tersebut, maka pahala akan terus mengalir kepada orang yang membangunnya.

Masih Muda Udah Sibuk Beramal Jariyah? Why Not?! 

Kebanyakan orang mungkin berpikir bahwa beramal jariyah itu urusan orang tua atau mereka yang sudah mapan saja. Padahal, anak muda seperti kita justru punya banyak privillage energi dan kreativitas untuk berkontribusi melakukan amal jariyah. Salah satu bentuk amal jariyah yang dapat dilakukan anak muda adalah dengan mengajari anak-anak kurang yang mampu dan berinfaq dalam projek pembangunan masjid.  Selain itu, kita juga dapat turut serta turun ke lapangan dalam aksi sosial pembangunan sumur di daerah kekeringan, yang belum tentu bisa kita lakukan saat usia tua nanti.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya yang didapati oleh orang yang beriman dari amalan dan kebaikan yang ia lakukan setelah ia mati adalah ilmu yang ia ajarkan dan sebarkan, anak shalih yang ia tinggalkan, mushaf Al-Qur’an yang ia wariskan, masjid yang ia bangun, rumah bagi ibnu sabil (musafir yang terputus perjalanan) yang ia bangun, sungai yang ia alirkan, dan sedekah yang ia keluarkan dari harta ketika ia sehat dan hidup.” (HR. Ibnu Majah, no. 242)

Memperbanyak amal jariyah di usia muda bisa menjadi langkah awal untuk membangun kebiasaan baik yang berkelanjutan. Jadi, kalau bisa memperbanyak amal jariyah dari sekarang, kenapa harus ditunda nunggu tua dulu?

Yuk, Mulai dengan Cara yang Sederhana!

Memulai amal jariyah tidak perlu langsung dengan proyek besar; cara yang sederhana pun bisa kita lakukan. Dengan langkah sederhana, kita bisa menginspirasi orang lain untuk ikut serta dalam kebaikan. Ketika melihat kita beramal, teman-teman dan keluarga mungkin akan termotivasi untuk melakukan hal yang sama. Seiring waktu, kebiasaan ini bisa berkembang menjadi kontribusi yang lebih besar. 

Tidak ada salahnya untuk memulai amal jariyah dari yang kecil. Karena pada dasarnya, setiap kebaikan sekecil apapun itu, tetap memiliki nilai yang luar biasa. Ayo buat perubahan positif mulai dari diri sendiri!

Kenapa Harus Repot-repot Memperbanyak Amal Jariyah?

Memperbanyak amal jariyah membawa berbagai manfaat yang tidak hanya berupa pahala. Salah satunya adalah peningkatan kesehatan mental dan emosional. Jannati (2022) menjelaskan bahwa salah satu cara efektif untuk meraih kesehatan mental adalah dengan bersedekah, yang mana hal ini merupakan bagian dari amal jariyah. Kegiatan beramal jariyah dapat menyelaraskan fungsi jiwa, memberikan kebahagiaan, dan melindungi individu dari gangguan jiwa. Dengan bersedekah pada proyek-proyek amal jariyah, –insyaaAllah– kita dapat merasakan kebahagiaan mendalam yang berdampak positif bagi kesejahteraan kita.