Antara Sungkeman dan Sidang Pribadi: Seni Menyikapi Pertanyaan Kepo Saat Lebaran

Lebaran bukan hanya tentang ketupat dan opor ayam, tetapi juga tentang tradisi sungkeman yang penuh makna. Sayangnya, bagi sebagian orang, momen hangat ini juga disertai dengan sidang pribadi yang tidak terjadwal. Pertanyaan seperti “Kapan nikah?”, “Kapan kerja?”, atau “Kapan lulus?” sering kali datang bertubi-tubi, seolah silaturahmi adalah ajang evaluasi hidup tahunan. Bagi yang sudah sesuai dengan ekspektasi sosial, mungkin ini sekadar obrolan ringan. Namun, bagi mereka yang masih berproses, pertanyaan semacam ini bisa menjadi tekanan tersendiri. 

 

Fenomena Interogasi Sosial dalam Budaya Lebaran

Dalam budaya masyarakat kita, kehidupan pribadi sering kali dianggap sebagai urusan bersama. Anggota keluarga, terutama yang lebih tua, merasa berhak bertanya tentang status pernikahan, pekerjaan, atau pendidikan karena menganggapnya sebagai bentuk perhatian. Sayangnya, yang sering terlupakan adalah bahwa tidak semua orang nyaman membahas hal-hal tersebut, terutama jika sedang berada dalam proses yang belum sesuai harapan mereka sendiri.

Norma sosial yang ada juga memperparah tekanan ini. Ada ekspektasi bahwa seseorang harus menikah pada usia tertentu, lulus tepat waktu, dan segera mendapatkan pekerjaan setelah menyelesaikan pendidikan. Padahal, perjalanan hidup setiap individu berbeda, dan tidak semua orang bisa memenuhi standar yang sama.

 

Seni Menjawab Pertanyaan Kepo dengan Elegan

Pertama, gunakan humor untuk meredakan ketegangan. Salah satu cara paling efektif untuk menghadapi pertanyaan yang sensitif adalah dengan menjawabnya menggunakan humor. Humor tidak hanya membuat suasana lebih cair tetapi juga menghindari konfrontasi yang tidak perlu. Jika ditanya “Kapan nikah?”, kamu bisa menjawab dengan “Masih cari sponsor dulu buat resepsi dan bulan madu ke Mekkah, Jepang, terus Finland. Om/Tante mau daftar kah hehe?”. Dengan jawaban seperti ini, kamu menunjukkan bahwa pertanyaan tersebut tidak membuatmu tertekan, tanpa harus menjelaskan lebih jauh.

Kedua, alihkan pembicaraan dengan elegan. Jika tidak ingin bercanda, mengalihkan topik bisa menjadi solusi yang lebih halus. Cara ini memungkinkan kamu untuk tetap menghormati lawan bicara tanpa harus merasa terjebak dalam pembicaraan yang tidak diinginkan. Jika ditanya “Kapan kerja?”, kamu bisa menjawab dengan “Lagi proses cari yang cocok. Btw, Om/Tante gimana kabarnya? Masih sibuk di bisnis?” atau jika ditanya “Kapan nikah?”, bisa dijawab dengan “Doakan saja. Ngomong-ngomong, tahun ini mudiknya lancar kah Om/Tante? Gak kejebak macet kah?” Dengan begitu, percakapan tetap berjalan tanpa harus membahas topik yang kurang nyaman.

Ketiga, tetapkan batasan dengan sopan. Jika pertanyaan terus berulang dan mulai terasa mengganggu, menetapkan batasan dengan sopan tetapi tegas adalah langkah penting. Jika ditanya “Kapan kerja?”, kamu bisa menjawab dengan “Aku masih dalam proses mencari, doakan saja ya Om/Tante. Btw aku kurang nyaman kalau kita bahas ini. Kita bahas soal yang lain saja ya Om/Tante hehe.” Dengan jawaban seperti ini, kamu tetap menghargai lawan bicara tanpa memberikan ruang bagi interogasi lebih lanjut.

Keempat, pahami bahwa tidak semua pertanyaan harus dijawab. Penting untuk menyadari bahwa kamu tidak berkewajiban memberikan jawaban yang memuaskan setiap kali ditanya. Terkadang, cukup dengan tersenyum atau memberikan jawaban singkat bisa menjadi cara untuk menutup pembicaraan tanpa harus memperpanjangnya. 

 

Penutup

Lebaran sering kali diwarnai dengan pertanyaan-pertanyaan kepo yang bisa membuat silaturahmi terasa kurang nyaman. Namun, daripada terjebak dalam perasaan kesal atau tertekan, lebih baik menghadapi situasi ini dengan santai dan bijak. Dengan sedikit humor, pengalihan topik, atau menetapkan batasan, kamu bisa menjaga suasana tetap hangat tanpa harus terbebani. Yang terpenting, jangan biarkan tekanan sosial mengurangi makna Lebaran sebagai momen kebersamaan dan kepedulian.

Berbicara soal kepedulian, Ramadan dan Idulfitri menjadi waktu terbaik untuk berbagi dengan mereka yang membutuhkan. Kamu bisa menyalurkan zakat dan infak melalui Yayasan Rumpun Nurani agar keberkahan yang kamu rasakan juga bisa dirasakan oleh orang lain. Salurkan donasi kamu melalui Yayasan Rumpun Nurani atau kunjungi www.rumpunnurani.org untuk informasi lebih lanjut.

 

CW: Dewi F. Ningrum

Rekomendasi Artikel Lainnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jangan Lewatkan Update Terbaru dari Kami!

Berlangganan newsletter kami sekarang untuk menerima artikel inspiratif, berita terkini, dan informasi penting lainnya, Gratis!