Telah berjalan satu bulan lamanya, kelas Tiga Puluh Hari Memantaskan Diri (TMHD) yang dimulai sejak 7 November 2020 pun berakhir. Kelas yang dilangsungkan melalui Kuliah WhatsApp (Kulwap) dan Zoom Meeting tersebut menjadi wajah baru Sekolah Calon Ayah (SCA) dan Sekolah Calon Ibu (SCI). Rangkaian kegiatan yang dinaungi oleh Kelas TMHD ini sendiri mencakup beberapa sesi, yakni sesi penyampaian materi, diskusi, praktik, serta sesi simulasi.
Dibandingkan dengan tahun lalu, kegiatan yang dinaungi oleh Departemen Pendidikan Yayasan Rumpun Nurani ini memiliki cukup banyak perbedaan. Hal ini disampaikan oleh Pipit Nur Rahma, Sekretaris Departemen Pendidikan. Ia menjelaskan kegiatan SCA dan SCI tahun sebelumnya berfokus pada praktik mengenai hal-hal yang dilakukan setelah menikah, sedangkan tahun ini dilakukan dengan pemberian materi dengan praktik yang cukup terbatas. “Kalau sebelumnya di SCI ada praktik pembuatan makanan bayi, memandikan bayi, membedakan bumbu. Sedangkan di SCA ada kegiatan berkuda dan memanah,” ujar Pipit.
Namun, meskipun praktik dan penugasan terhambat, ada hal positif lain dari kelas online ini. Pipit mengatakan dengan kelas yang diadakan secara online membuat peserta yang mengikuti kegiatan ini menjadi lebih banyak. Peserta yang mengikuti kelas tidak hanya dalam lingkup Yogyakarta saja, tetapi juga berasal dari luar kota di seluruh Indonesia. “Meskipun full online, terasa sangat menyenangkan dan ramai,” kata Pipit.
Ada sekitar lima belas topik diskusi berbeda yang diangkat sebagai pembahasan dalam setiap pertemuan. Mulai dari materi tentang personal dan kekompakan pasangan, ilmu komunikasi, manajemen konflik, financial planning, muasabah diri, fiqih pernikahan, hingga kesehatan produksi dan gizi keluarga. Dari berbagai topik diskusi tersebut, ada satu kegiatan yang dinilai Pipit mendapat respon sangat baik dari peserta. Kegiatan itu dilakukan pada Kamis (12/11/2020) lalu, ketika materi yang disampaikan berkaitan dengan praktik membuat vision board. Kegiatan yang dibawakan oleh Kang Yazid Subakti sebagai pemateri itu sukses menarik perhatian para peserta. Terlihat peserta kelas antusias dalam mengerjakan vision board mereka masing-masing,
Vision board adalah gambaran mimpi atau target yang ingin dicapai peserta setelah menikah, melingkupi karir, finansial, sosial, keluarga, spiritual, dan pengembangan diri. Praktiknya sendiri dilakukan ketika pertemuan melalui Zoom Meeting dengan cara pembuatan yang berbeda. Beberapa peserta ada yang membuat vision board mereka secara manual dengan kertas dan alat tulis lainnya, serta ada pula yang menggunakan aplikasi gambar digital. “Praktik pembuatan vision board kemarin benar-benar menyenangkan, karena pesertanya sangat antusias untuk belajar,” jelas Pipit.
One Response
Respon yg sangat strategis dr tim Depdik RN menyikapi pandemi vs tetap menggelar agenda SCA/SCI, barokallah😘