Sadar atau tidak, secara umum kita sering menilai kesuksesan yang diraih oleh seseorang berkaitan dengan privilege keluarga serta harta yang dimiliki. Anggapan tersebut menjadikan kita lupa menghargai usaha dan kerja keras seseorang mencapai kesuksesannya, karena menganggap hal itu hanya privilege belaka. Oleh karena itu, sebelum Kawan Nurani menjustifikasi kesuksesan seseorang, alangkah baiknya Kawan Nurani memahami makna dari privilege itu sendiri. Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud dengan privilege tersebut?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata privilege diserap menjadi privilese yang berarti hak istimewa. Hak istimewa yang dimaksud adalah kondisi ketika seseorang mendapatkan keuntungan tanpa kesulitan dalam meraihnya. Kondisi ini pula yang dinilai dapat membantu seseorang untuk memiliki kehidupan baik dan melanggengkannya.
Diskusi mengenai privilege pun banyak dibahas. Secara umum, seseorang dinilai memiliki privilege, apabila berasal dari keluarga yang berkecukupan, memiliki akses pendidikan, serta dapat menikmati jaminan kesehatan. Namun, ada juga yang beranggapan bahwa terdapat privilege lain, seperti beauty privilege dan gender privilege. Bahkan, ada anggapan lain yang menyanggah keberadaan privilege itu sendiri.
Terlepas dari perdebatan teoritis mengenai privilege itu, penting bagi kita untuk memahami bahwa setiap manusia memiliki anugerahnya masing-masing, Mungkin bukan privilege dalam harta atau wajah yang rupawan, Allah SWT memberikan anugerah lain seperti keimanan, ketabahan hati, dan kekuatan untuk berjuang. Oleh karena itu, tidak ada yang perlu disombongkan dari privilege yang kita miliki.
Namun faktanya, saat ini banyak orang yang sadar akan privilege yang mereka miliki, dan menjadi sombong akan hal itu. Seolah-olah privilege adalah hal yang harus dipamerkan untuk menunjukkan status ekonomi dan sosial yang dimiliki. Media sosial turut mengambil peran besar dalam hal ini. Tren memamerkan gaya hidup mewah dan pemberitaan yang menyoroti kekayaan, menggiring publik untuk melupakan nilai-nilai lain dari seseorang yang diberitakan, baik prestasi maupun kebaikan yang dilakukan.
Lebih lanjut, hal ini juga berdampak terhadap transformasi pemikiran generasi muda dalam menilai diri mereka sendiri. Seolah-olah, mereka hanya akan dipandang apabla menampilkan gaya hidup mewah dan memiliki barang-barang mahal. Sehingga melupakan kebaikan-kebaikan yang dapat mereka lakukan dari anugerah yang telah didapat dari Allah SWT.
Nah, Kawan Nurani, bagaimana jika kita merenung bersama-sama dan mencoba untuk refleksi diri? Seberapa beruntung dan seberapa banyak perbuatan baik yang telah kita lakukan dari keberuntungan itu?
Daripada mengelu-elukan privilege untuk kedudukan yang lebih tinggi, akan jauh lebih baik jika kita berusaha untuk menjadikan privilege yang kita miliki untuk membantu sesama. Ada banyak hal baik yang bisa kita salurkan dari privilege yang kita punya.
Jika kita memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang baik, alangkah baiknya menyebarluaskan ilmu tersebut. Jika kita memiliki privilege sebagai orang yang berkecukupan, akan sangat baik jika kita dapat membantu orang-orang yang kesulitan dan tidak beruntung. Terlebih di tengah keadaan yang sulit seperti saat ini, tentu kebaikan yang kita berikan akan sangat bernilai bagi banyak orang.
Ditulis oleh: Yunisa Anindita