11-12 Juni 2021 bertempat di Kolektif Working Space, diselenggarakan Pelatihan Finansial Literasi bagi ibu-ibu pelaku usaha yang tergabung dalam komunitas Ibu Pilihan (KIP). Kegiatan dilakukan secara online dan offline dengan mempertimbangkan kondisi pandemi saat ini. Pendampingan literasi finansial sesuai dengan tujuan dari Yayasan Rumpun Nurani (YRN) yang bergerak di bidang ketahanan ekonomi keluarga dan juga kepedulian Universitas Ahmad Dahlan (UAD) untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa dan menjadi amanah Negara sesuai Undang Undang Nomor 52 Tahun 2009. Penyelenggara kegiatan ini adalah Nina Zulida Situmorang dan Dessy Pranungsari yang keduanya adalah dosen UAD bekerjasama dengan YRN. Narasumber dalam kegiatan ini adalah Yuni Windarti (ketua departemen Ekonomi YRN) dan Noor Fitri (Praktisi Pelaku Usaha)
KIP berisi ibu-ibu dengan status ibu tunggal dengan range usia 25 sampai 50 tahun, memiliki anak dan sekaligus menjadi kepala keluarga penopang ekonomi. Permasalahan masih rendahnya ekonomi menjadi hal utama pada KIP. Selain itu problema psikologis dan mental muncul sebagai Ibu tunggal yang sangat berpengaruh pada peran peran lainnya apalagi di masa Pandemi ini. Peserta yang terdiri dari 15 ibu tunggal dan ibu penopang ekonomi keluargamengikuti 4 sesi pelatihan yang dilakukan secara online dan offline. Peserta sebagai pelaku UMKM bergerak di bisnis makanan seperti brownis, olahan ikan asap, olahan makanan berbahan baku kedelai, dan berbagai macam makanan beku yang dibuat secara sehat.
Pelatihan literasi Finansial yang diberikan diawali dengan refleksi kondisi keuangan yang dialami peserta saat ini. Peserta menyampaikan bahwa kondisi keuangan yang tidak menentu sebagai pelaku usaha kecil menjadikan peserta merasa was-was dalam mengelola keuangan. Peserta juga diajak untuk melihat prioritas pengeluaran saat ini, yang ternyata hampir seluruh pengeluaran habis di prioritas kebutuhan sehari-hari sebahgai prioritas pertama. Fasilitator memberikan pemahaman mengenai prioritas yang harus didahulukan supaya peserta masih bisa memiliki tabungan, mampu berinvestasi, memiliki dana pensiun, dana darurat, mampu mengeluarkan dana ZIS (zakat infak shodaqoh), memiliki dana darurat, namun juga bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Peserta juga diajak untuk membedakan kebutuhan dan keinginan melalui kerja kelompok, dimana direfleksikan oleh fasilitator bahwa sebagian peserta sejauh ini masih lebih banyak memenuhi keinginan daripada memenuhi kebutuhan. Hal ini terkait erat dengan faktor emosi yang ikut andil dalam pengeluaran peserta tanpa disadari. Beberapa peserta menyepakati hasil diskusi ini karena memang selama ini kesulitan untuk menabung karena kebocoran pengeluaran dikarenakan tidak mampu menahan diri dan merasa perlu berbelanja untuk menyelamatkan diri dari perasaan marah, stres, ataupun karena tertekan.
Pada sesi ketiga dimana peserta diajak untuk melakukan perencanaan keuangan terkait dengan memilah keuangan keluarga/pribadi dengan keuangan usaha. Peserta menyadari bahwa penghitungan yang selama ini dilakukan masih tercampur sehingga tidak diketahui pasti keuntungan maupun kerugian dalam mengelola usaha. Beberapa peserta tidak menyadari bahwa harga jual produknya belum melalui perhitungan yang tepat dikarenakan tidak menghitung beberapa pengeluaran yang tercover oleh pengeluaran keluarga seperti bayar listrik, gas, dan lain sebagainya.
Sesi terakhir peserta diajak merefleksikan hasil penghitungan cash flow yang diajarkan sebelumnya. Pada sesisi ini peserta tampak sudah meliliki pemahaman sehingga beberapa pertanyaan peserta mampu dijawab oleh peserta lain, sehingga terjalin juga support sesama anggota KIP. Beberapa peserta masih memiliki hambatan terkait dengan manajemen diri ketika dihadapkan pada situasi yang sulit dan mendesak, sehingga secara emosi menjadi terganggu yang kemudian juga berdampak pada usaha. Permasalahan ini, kemudian akan ditindaklanjuti dengan pelatihan selanjutnya yang lebih menekankan pada pendampingan psikologis yang masih bekerjasama antara UAD dan Yayasan Rumpun Nurani pada bulan September mendatang.