Industri film horor Indonesia selama ini terkenal dengan tema yang sering kali menghadirkan elemen agama Islam sebagai pendorong utamanya. Contoh terbaru adalah film “Kiblat”, yang tengah menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat. Film ini memanfaatkan adegan-adegan yang mencitrakan agama Islam sebagai sumber ketakutan, terutama dengan menampilkan adegan shalat yang diolah menjadi momen mengerikan. Begitu juga dengan film lain seperti “Makmum”, yang menggambarkan ketakutan dalam konteks ibadah.
Trend ini memunculkan beberapa pertanyaan kritis terkait dampaknya, terutama dalam konteks citra dan praktik keagamaan di masyarakat. Film-film tersebut telah menjadi bagian dari pola eksploitasi agama, di mana agama Islam digunakan sebagai alat untuk memperoleh keuntungan komersial, tanpa memperhatikan dampak sosial dan psikologis yang mungkin ditimbulkannya.
Salah satu dampak yang paling mencolok adalah munculnya rasa takut dan ketidaknyamanan dalam menjalankan ibadah, terutama shalat malam. Bagi sebagian orang Islam, film-film tersebut menciptakan citra agama yang menakutkan dan mencegah mereka untuk menjalankan ibadah dengan khusyuk. Hal ini tidak hanya mengganggu praktik keagamaan individu, tetapi juga dapat mengakibatkan penurunan rasa spiritualitas dan kepercayaan.
Lebih jauh lagi, praktik eksploitasi agama dalam film horor memiliki dampak yang lebih luas terhadap citra Islam secara keseluruhan. Film-film tersebut tidak hanya mencitrakan Islam sebagai agama yang menyeramkan, tetapi juga menempatkan ajaran-ajaran agama dalam konteks yang negatif dan terdistorsi. Ini dapat menyebabkan persepsi negatif terhadap Islam, baik di kalangan umat Islam maupun non-Muslim.
Dengan mempertimbangkan dampak-dampak negatif tersebut, perlu dipertanyakan apakah manfaat yang diperoleh dari film-film horor semacam ini sebanding dengan kerugian yang ditimbulkannya. Meskipun mungkin ada alasan artistik atau komersial di balik penggunaan elemen agama dalam film, tidak dapat dipungkiri bahwa hal ini merusak citra Islam dan mendorong kampanye hitam terhadap ajaran agama.
Sebagai masyarakat yang hidup dalam keragaman keagamaan, kita perlu mempertimbangkan konsekuensi dari eksploitasi agama dalam industri hiburan. Perlindungan terhadap nilai-nilai agama dan penghargaan terhadap praktik keagamaan harus menjadi prioritas utama. Film-film horor Indonesia seharusnya tidak menjadi wadah untuk merusak citra agama atau memanfaatkan ketakutan religius untuk keuntungan komersial semata.
Dalam mengakhiri tren ini, perlu adanya kesadaran kolektif baik dari kalangan industri film maupun masyarakat luas. Penolakan terhadap praktik eksploitasi agama dalam film harus menjadi sikap yang dijunjung tinggi. Hanya dengan demikian, kita dapat membangun sebuah industri hiburan yang menghargai dan menghormati nilai-nilai keagamaan tanpa mengorbankan integritas dan moralitas.
Penulis: Muhammad Hussaini
1 Comments
Setuju banget, sudah lama risih sama model film horor yg mengeksploitasi agama islam.
Semoga himbauan MUI kali ini bisa jd warning buat para pelaku industri film indonesia