Pada Kamis, 2 Juni 2022, Yayasan Rumpun Nurani melalui Departemen Dakwah melaksanakan kegiatan BBQu secara daring melalui Zoom Meeting. Kegiatan ini menghadirkan Tri Winarsih sebagai pengisi materi dengan membicarakan sifat Zuhud. Tri mengatakan bahwa sifat Zuhud adalah meninggalkan kemewahan duniawi dengan mengharapkan kebahagiaan akhirat untuk memperoleh ridha Allah SWT. Dari penjelasannya, seseorang yang bersikap zuhud adalah mereka yang hanya fokus pada kepentingan akhirat saja.
Keutamaan sifat zuhud ini telah terkandung dalam sebuah hadist:
Dari Abu‘Abbâs Sahl bin Sa’d as-Sa’idi Radhiyallahuanhu , ia berkata, “Ada seseorang yang datang kepada Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, ‘Wahai Rasulullâh! Tunjukkan kepadaku satu amalan yang jika aku mengamalkannya maka aku akan dicintai oleh Allah dan dicintai manusia.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Zuhudlah terhadap dunia, niscaya engkau dicintai Allah dan zuhudlah terhadap apa yang dimiliki manusia, niscaya engkau dicintai manusia.” [Hadist Hasan, diriwayatkan oleh Ibnu Mâjah dan selainnya dengan beberapa sanad yang hasan].
Makna dari zuhud terhadap dunia menurut riwayat Imam Ahmad adalah zuhud bukan berarti menyia-nyiakan hal duniawi, akan tetapi merasa hati lebih terpaut kepada kehendak Allah. Zuhud tidak selalu identik dengan kemiskinan, orang-orang yang memiliki sifat zuhud ketika kaya harta tidak menghambakan diri kepada kekayaan tersebut.
Keindahan dan godaan dunia sendiri telah digambarkan oleh Allah dalam QS. Yunus: 24 yang berbunyi:
“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, hanya seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah tanaman-tanaman bumi dengan subur (karena air itu), di antaranya ada yang dimakan manusia dan hewan ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan berhias, dan pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya (memetik hasilnya), datanglah kepadanya azab Kami pada waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanaman)nya seperti tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda (kekuasaan Kami) kepada orang yang berpikir.”
Maka dari itu, sudah seharusnya kita senantiasa mengingat bahwa dunia hanyalah panggung bagi kita untuk mencari ilmu dan amalan-amalan yang akan menjadi bekal di akhirat kelak. Seperti yang dijelaskan dalam QS. An-Nahl: 96 yang berbunyi:
مَا عِنۡدَكُمۡ يَنۡفَدُ وَمَا عِنۡدَ اللّٰهِ بَاقٍؕ وَلَـنَجۡزِيَنَّ الَّذِيۡنَ صَبَرُوۡۤا اَجۡرَهُمۡ بِاَحۡسَنِ مَا كَانُوۡا يَعۡمَلُوۡنَ
Artinya: Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan Kami pasti akan memberi balasan kepada orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
Dalam kajian BBQ, Tri juga menjelaskan bahwa akan terjadi perubahan pola pikir bagi orang-orang yang hidup dengan ke-zuhud-an. Yaitu akan senantiasa memikirkan kehidupan akhirat tanpa mengingkari dunia; menumbuhkan perasaan bahwa kenikmatan dunia dapat menjauhkan hati dari Allah SWT; dan akan berhati-hati terhadap dunia yang penuh dengan tipu daya semata.