Masih dalam rangkaian acara Tiga Puluh Hari Memantaskan Diri (THMD) yang berada di bawah naungan Sekolah Calon Ayah (SCA) dan Sekolah Calon Ibu (SCI) Yayasan Rumpun Nurani, zoominar dengan tajuk ‘Mendidik Anak Sepenuh Hati’ hadir sebagai solusi untuk para calon ayah dan calon ibu dalam mempersiapkan diri untuk mendidik anak nanti dengan baik. Zoominar yang dilaksanakan pada tanggal 22 Juni 2021 lalu ini dibawakan oleh Wening Wulandari atau biasa akrab disapa Bunda Wening. Perempuan yang lahir di Surabaya ini sudah sering membawakan berbagai macam kajian dan menerbitkan tulisan-tulisannya terkait topik parenting. Pada sesi zoominar yang memakan waktu kurang lebih satu setengah jam ini, Bunda Wening memaparkan poin-poin penting tentang hal-hal apa saja yang berpengaruh dalam cara mendidik anak dalam orang tua.
“Ketika kita ingin menjadi orang tua yang sepenuh hati, pertanyaan utamanya adalah apakah hati kita sudah penuh? Ketika kita ingin menjadi orang tua yang menyenangkan, apakah hati kita sudah senang? Ini adalah big question yang harus kita jawab dulu sebelum menjadi orang tua,” kata Bunda Wening saat mengawali diskusi di malam hari itu. Bunda Wening berpendapat demikian karena ia telah banyak melihat orang tua-orang tua di luar sana yang kesulitan dalam mengelola permasalahan yang ada di dalam rumah tangga.
Bunda Wening kemudian mendeskripsikan hati manusia sebagai tangki, dimana tangki tersebut dapat terus diisi dengan cinta dan kasih sayang. Semakin penuh tangki itu terisi dengan cinta dan kasih sayang, semakin baik pula nantinya untuk kesiapan diri kita untuk memberikan cinta dan mengisi tangki pada orang lain. Sedangkan tangki yang kosong akan kesulitan untuk mengisi tangki milik orang lain.
“Bagaimana bisa tangki seseorang menjadi kering dan kosong? Tentu saja ini sangat bisa untuk terjadi. Biasanya ini disebabkan oleh luka batin di masa kecil atau masa lalu yang belum terobati yang biasa disebut dengan inner child. Inner child ini bisa saja bersumber dari pengalaman positif maupun pengalaman negatif yang belum terselesaikan. Jadi mungkin kita pernah marah atau kesal dengan orang tua kita saat dulu dan belum kita maafkan orang tuanya, atau belum kita terima keadaannya dan maafkan kejadiannya,” jelas Bunda Wening, panjang lebar. Hal ini kemudian dikaitkan ke cara mengelola emosi yang nantinya juga akan berpengaruh pada cara seseorang mendidik anaknya.
Bunda Wening juga menekankan pentingnya bagi para orang tua untuk selalu mau belajar dan melihat ke masa depan (visioner). “Maksud visioner di sini adalah bagaimana kita bisa mengira-ngira apa dampak dari perlakuan kita sekarang terhadap anak kita nanti. Kira-kira apa yang terjadi pada anak saya nanti jika saya melakukan hal ini? Itu harus tahu,” tegasnya.
Selanjutnya, Bunda Wening membagikan pandangan-pandangannya serta pengalaman pribadi beliau dalam mendidik anak dalam rumah tangga. Kurang lebih ada beberapa poin-poin penting yang telah tim media rangkum untuk teman-teman sekalian. Di antaranya,
- Penting untuk menyembuhkan luka batin di masa kecil sebelum berumah tangga dan mendidik anak. Hal ini dikarenakan kita dapat mewariskan sifat-sifat kita kepada anak kita. Jangan sampai kita mewariskan sifat-sifat buruk dan juga luka kecil kita kepada anak kita. Contohnya, saat kita memiliki luka batin diperlakukan kurang baik dengan orang tua kita dulu setiap kali kita melakukan kesalahan, jangan sampai kita malah mengulangi kesalahan orang tua kita kepada anak-anak kita. Jangan sampai unfinished business yang kita miliki mempengaruhi pertumbuhan anak-anak kita nanti.
- Penting untuk orang tua bisa menjadi visioner yang mampu melihat ke masa depan dan terus mau belajar. Untuk menjadi orang tua yang visioner, kita dapat membagi tahapan pembelajaran per tiap tujuh tahun. Ada tujuh tahun pertama, tujuh tahun kedua, dan tujuh tahun ketiga yang dapat digunakan untuk membedakan perlakuan kita terhadap anak. Tujuh tahun pertama kita dapat memperlakukan anak sebagai raja dimana kita membebaskan anak untuk dapat mencoba segala hal yang ingin diketahuinya. Kemudian tujuh tahun kedua kita dapat menjadikan anak kita sebagai tahanan perang yang kita didik untuk lebih patuh dan disiplin dengan peraturan-peraturan yang kita buat. Dan tujuh tahun ketiga, kita dapat melihat hasilnya sembari merujuk perlakuan kita kepada anak-anak kita.
- Penting untuk bisa bekerja sama dengan pasangan dan menunjukkan kekompakan di depan anak. Jangan sampai kita menunjukkan ketidakkompakkan kita di depan anak dan membuat anak merasa lebih bisa terbuka pada satu sosok orang tua. Meskipun kita memiliki perbedaan dengan pasangan, kita tetap harus berusaha menunjukkan kekompakan kita sebagai orang tua di hadapan anak kita.
- Penting untuk dapat membagi fitrah peran yang jelas antara ayah dan ibu. Di sini, harus jelas dalam membuat kurikulum mendidik anak. Kita juga harus bisa menentukan metode yang akan kita gunakan dalam mendidik anak kita nanti. Ada tiga metode yang harus kita ketahui, antara lain metode teladan, metode tahu-paham-terdorong (tpt), dan metode diskusi.
- Penting untuk bisa menjaga komunikasi yang baik di dalam keluarga. Kita harus belajar untuk dapat menyampaikan maksud kita dengan cara yang baik dan dapat diterima orang lain. Maka dari itu kita perlu belajar memahami pasangan atau lawan bicara kita. Bahkan, kita juga perlu mengerti bahasa cinta dari pasangan kita.
“Pernikahan itu adalah manajemen memaklumi. Tidak ada orang yang sempurna. Tetapi jika kita memiliki prinsip untuk terus bertumbuh dan mau memaklumi proses, insya Allah pernikahan akan berjalan dengan baik dan proses yang ada di dalam pernikahan itu juga akan lebih mudah dilewati. Termasuk nanti saat membagi tugas dalam mendidik anak. Jadi yang penting adalah kemampuan pasangan untuk bisa saling memahami dan tumbuh bersama,” pungkas Bunda Wening di sesi terakhir zoominar pada malam hari itu.
Nah, Kawan Nurani, bagaimana tanggapan teman-teman sekalian setelah membaca artikel mengenai parenting kali ini? Apakah sudah terbesit jelas betapa pentingnya mendidik anak dengan cinta dan penuh kasih sayang? Ada banyak sekali materi-materi bermanfaat yang dapat teman-teman pelajari lebih dalam selagi mengikuti Program Sekolah Calon Ayah dan Ibu di Yayasan Rumpun Nurani lho. Lebih lanjutnya, selalu tunggu info barunya melalui instagram @sekolahcalonayah dan @sekolahcalonibu ya!
Ditulis oleh: Yunisa Anindita