Urip Wahyudin, atau yang lebih akrab diseebut ‘Abah Urip’ adalah sosok yang sudah malang melintang di dunia kerelawanan. Banyak hal yang bisa kita pelajari dari sosok beliau, mulai dari semangat keberanian, keistiqmahan, sampai kesabarannya memberikan nilai-nilai pengajaran di tanah Papua. Abah yang hampir menginjak usia kepala 6 bahkan masih terus melanjutkan perjuangannya ke tanah Papua hingga saat ini. Yang mana, ternyata kecintaan beliau terhadap tanah Papua sudah dimulainya sejak tahun 1972. Bahkan, meski sudah menyandang gelar doktoral, Abah Urip kerap kembali ke tanah Papua untuk mengamalkan ilmu-ilmunya di sana. Nah, Rekan Nurani, bisa dibayangkan bukan kesetiaan dan pengabdian Abah Urip di bidang Pembangunan Masyarakat?
Kabar baiknya, Tim Media Rumpun Nurani dapat kesempatan bincang santai bersama Abah Urip nih. Mau tau lebih banyak hal-hal unik tentang kisah inspiratif Abah Urip dengan Papua? Yuk simak ulasannya!
Sudah Membina sekitar 200 Kampung Sejak Tahun 1989
Perjuangan Abah Urip di Papua memang tidak main-main. Abah Urip bercerita bahwa ia sudah banyak berkegiatan di pelosok-pelosok wilayah Papua dengan kategori pedesaan, dan/atau terpencil, tertinggal, terisolir, dan terabaikan. “Kegiatan di kampung-kampung dari belum ada sekolah, puskesmas, tidak ada listrik, belum ada ini dan itu. Sekarang sudah ada yang jadi ibu kota kecamatan, ibu kota kabupaten. Dan masih buanyak yg perlu pendampingan lebih integral, holistik dan berkelanjutan”, ujar Abah Urip.
Medan Perjalanan Menuju Lokasi juga Menjadi Perjuangan Abah Urip
Abah Urip bercerita, menjumpai lokasi-lokasi tertentu mempunya keasyikan tersendiri. Sebut saja salah satunya saat Abah Urip berkunjung ke Kampung Ujung Batu Distrik (Kecamatan) Korowai Buluanop Kabupaten Asmat. Medan yang Abah tempuh bukan hanya memakan waktu, namun juga menantang fisik.
“Dari Jayapura ibukota Papua ke Timika naik Pesawat sekitar 55 menit. Dari Timika menuju ibu Kota Asmat naik pesawat kecil Twin Otter sekitar 1 jam, kalau naik Kapal Laut Pelni sekitar 1O jam. Kemudian naik Speedboat 85pk selama 4-5 jam menuju Swator. Kemudian naik perahu longboat selama 3-4 jam menuju Mabul, ibu kota Kecamatan Korowai Buluanop. Biasa kami bermalam disini. Lanjut ke kampung Ayak naik perahu katinting selama 4 jam. Kemudian jalan kaki 2 jam. Sampailah di kampung Ujung Batu. Lumayan ya..” begitu penjelasan Abah. Wah, bacanya saja sudah lelah ya, bayangkan bagaimana yang menempuhnya..
Cara Abah ‘PDKT’ dengan warga Papua: “Berpikir Bersama, Berperan Setara”
Apa itu “Berpikir Bersama, Berperan Setara? Nah, lebih lanjut Abah Urip menjelaskan bahwa dalam keseharian, beberapa catatan kecil untuk memahami dan hidup bersama kelompok, komunitas dan masyarakat tertentu, kita seyogyanya belajar dan terus mewujud-nyatakan tentang keikhlasan, pengorbanan dan kebersamaan menuju pendayagunaan relawan secara efektif dan berkelanjutan. Artinya, bahwa ada beberapa poin yang perlu diperhatikan, yaitu:
- Setiap orang dewasa sebagai penerima manfaat memiliki pengalaman berharga untuk diri dan kehidupannya.
- Pendekatan emik dan etik. Secara singkat dapat dikatakan bahwa pendekatan emik berusaha memahami perilaku individu atau masyarakat dari sudut pandang si pelaku sendiri (individu tersebut atau anggota masyarakat yang bersangkutan). Sedangkan Pendekatan Etik menganalisa perilaku atau gejala sosial dari pandangan orang luar serta membandingkannya dengan budaya lain. Dengan demikian, yang terjadi kemudian adalah bahwa pendekatan etik bersifat lebih objektif, dapat diukur dengan ukuran dan indikator tertentu, sedangkan pendekatan emik relatif lebih subjektif dan banyak menggunakan kata-kata atau bahasa dalam menggambarkan perasaan individu yang menjadi obyek studi dan/atau layanan.
- Prinsip kerja dalam konteks manajemen pemberdayaan sosial dan pendidikan masyarakat atau pembelajaran berwawasan kemasyarakatan, yaitu konteks lokal yg holistic, desain lokal yg inovatif dan komprehensif, proses kegiatan yg partisipatif, dan fungsionalisasi hasil untuk kehidupan lebih baik .
1 Comments
Masyaa Allah, pengabdian yg sangat panjang, semoga selalu diberkahi Allah, Abah! 🙏🏻