Syawal Bukan Titik Henti, Saatnya Konsisten dengan Kebaikan

Ramadhan memang sudah usai. Tapi pertanyaannya, apakah semangatnya juga selesai? Justru setelah gema takbir berhenti dan aktivitas kembali normal, di situlah kita benar-benar diuji; apakah semangat ibadah kita hanya musiman atau menjadi bagian dari gaya hidup?

Syawal hadir bukan sekadar bulan setelah Ramadhan, melainkan ruang refleksi; apakah spirit ibadah yang tumbuh selama sebulan terakhir bisa kita jaga? Puasa enam hari di bulan Syawal menjadi salah satu langkah nyata untuk mempertahankan nyala keimanan itu.

 

Kenapa Harus Puasa Syawal?

Puasa Syawal bukanlah sekadar amalan sunnah biasa. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim)

Dalam riwayat lain disebutkan:

“Barang siapa berpuasa enam hari setelah hari raya Idul Fitri, maka dia seperti berpuasa setahun penuh. [Barang siapa berbuat satu kebaikan, maka baginya sepuluh kebaikan semisal].” (HR. Ibnu Majah; disahihkan Al-Albani dalam Irwa’ul Ghalil)

Kalau satu kebaikan mendapat ganjaran dengan sepuluh kebaikan serupa, hitungannya begini: satu bulan puasa Ramadhan setara dengan sepuluh bulan pahala, lalu enam hari di Syawal menyempurnakan dua bulan sisanya. Maka genaplah satu tahun. Akan rugi sekali jika kita melewatkannya.

 

Bayar Utang Dulu, atau Langsung Puasa Syawal?

Nah, ini pertanyaan menarik yang sering muncul, terutama bagi perempuan yang memiliki utang puasa karena haid. Haruskah qadha dulu, atau boleh langsung puasa Syawal?

Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal menjelaskan bahwa lebih baik bagi seseorang yang masih memiliki qadha puasa Ramadhan untuk menunaikannya terlebih dahulu daripada melakukan puasa Syawal. Hal ini karena perkara wajib haruslah lebih diutamakan daripada sunnah.

Jika puasa Syawal dikerjakan dulu sementara masih ada utang Ramadhan, maka statusnya menjadi puasa sunnah biasa (sunnah muthlaq), dan tidak lagi mendapatkan ganjaran keutamaan seperti puasa setahun penuh. Karena kita kembali ke perkataan Nabi ﷺ tadi, “Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim). 

Sebagai catatan, puasa sunnah lain boleh didahulukan jika waktunya longgar. Tapi tetap, qadha puasa Ramadhan adalah kewajiban yang harus disegerakan.

 

Haruskah Puasa Syawal Dilakukan Berurutan dan di Awal Bulan?

Banyak yang mengira puasa Syawal harus langsung dilakukan setelah Idul Fitri dan harus berurutan. Padahal, Imam Nawawi dalam Syarh Muslim (8/56) telah menjelaskan bahwa puasa Syawal boleh dilakukan tidak berurutan dan boleh di akhir bulan, selama masih dalam bulan Syawal. Namun, memang lebih utama jika dilakukan berurutan dan dimulai sejak hari kedua Syawal.

Jadi, buat kamu yang punya jadwal padat, mulai dari kuliah, magang, hingga kerja, tenang saja! Selama masih di bulan Syawal, insyaaAllah tetap bisa menjalankannya, kok!. Jangan sampai justru melewatkan kesempatan ini hanya karena takut nggak bisa berurutan.

 

Sebagai Penutup, Konsisten Itu Penting!

Konsisten bukanlah tentang melakukan hal besar setiap waktu, tapi tentang menjaga semangat dalam hal-hal kecil secara terus-menerus. Mulai dari menjaga salat, memperbanyak dzikir, menyambung silaturahmi, puasa sunnah, hingga sedekah. Semua bisa jadi tanda bahwa Ramadhan benar-benar membekas dalam diri kita.

Selain puasa Syawal, Yayasan Rumpun Nurani juga mengajak kita untuk melanjutkan semangat kebaikan Ramadhan dengan ikut berdonasi bagi saudara-saudara kita di Palestina yang masih berada dalam kondisi penjajahan. Jangan sampai kepedulian kita ikut “berakhir” bersamaan dengan berakhirnya Ramadhan.

Kamu bisa ikut berdonasi di sini: 

Bank Muamalat
567-00-7044
an. Rumpun Nurani BMM Infak

InsyaaAllah kebaikan yang mungkin jumlahnya terlihat tak seberapa bisa berdampak besar jika dilakukan konsisten secara bersama.

Referensi:

Tuasikal, M. A. (2022). Cara Puasa Syawal Menurut Ulama Syafi’iyah. 

Rumaysho.com. https://rumaysho.com/16053-cara-puasa-syawal-menurut-ulama-syafiiyah.html 

Tuasikal, M. A. (2022). Khutbah Jumat: Fikih Ringkas Puasa Syawal. 

Rumaysho.com. https://rumaysho.com/28352-khutbah-jumat-fikih-ringkas-puasa-syawal.html

Tuasikal, M. A. (2023). Bolehkah Puasa Syawal Tetapi Masih Memiliki Utang Puasa Ramadhan karena Haidh? 

Rumaysho.com. https://rumaysho.com/33494-bolehkah-puasa-syawal-tetapi-masih-memiliki-utang-puasa-ramadhan-karena-haidh.html

 

Penulis: Dewi F. Ningrum 

Rekomendasi Artikel Lainnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jangan Lewatkan Update Terbaru dari Kami!

Berlangganan newsletter kami sekarang untuk menerima artikel inspiratif, berita terkini, dan informasi penting lainnya, Gratis!