Sebagai muslimah terkadang kita masih merasakan adanya kesenjangan dengan kaum laki-laki. Apalagi jika kita hidup di lingkungan yang masih berpatokan pada budaya dan struktur sosial yang menjunjung tinggi peran laki-laki. Karena itu, tidak sedikit perempuan memiliki batasan dalam menentukan masa depannya terutama dalam bidang pendidikan.
Padahal, keadaan \ersebut bertentangan dengan ajaran Islam yang selalu menggaungkan adanya kesetaraan antara perempuan dan laki-laki. Seperti yang tertulis dalam QS. Ali ‘Imran (3):195 yang berbunyi “..Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan…” yang bermakna bahwa laki-laki dan perempuan setara dalam nilai amal dan ganjaran.
Sejarah Islam telah mencatat berbagai tokoh perempuan luar biasa yang memiliki intelektualitas tinggi, keberanian, dan visi jauh ke depan sebagai pelopor dalam bidang akademik. Namun tidak itu saja, kehadiran mereka merupakan simbol perubahan sosial yang mampu membuka akses kesetaraan terhadap pendidikan. Ini merupakan salah satu bentuk nyata bahwa Islam memberikan kesempatan kepada perempuan untuk menjadi penggerak dalam menciptakan masyarakat yang berilmu dan beradab.
Berkaitan dengan peran perempuan sebagai penggerak dan pembawa perubahan, pernahkah kamu mendengar bahwa pendiri universitas pertama di dunia adalah perempuan?
Perempuan hebat itu adalah Fatimah Al-Fihri. Ia adalah muslimah muda dari Karaouine, Maroko yang mendirikan Madrasah Al-Qarawiyyin pada tahun 859M sebagai universitas pertama dan tertua di dunia. Walaupun berasal dari keluarga bangsawan dan berpendidikan, Fatimah Al-Fihri memiliki rasa kepedulian dan kepekaan yang tinggi antar sesama manusia tanpa memandang kelas sosial. Latar pendidikan mumpuni dan budi luhurnya menjadi pondasi dalam membangun madrasah ini, ia meyakini bahwa ilmu dan pengetahuan dapat mengangkat derajat seseorang.
Awal mula pendirian Madrasah Al-Qarawiyyin ini dikarenakan Fatimah Al-Fihri mendapatkan warisan dari mendiang ayahnya yang telah meninggal, kemudian ia gunakan untuk membangun masjid al-Qarawiyyin atau dikenal juga dengan masjid Jami’ al-Syurafa’ di Kota Fez, Maroko. Masjid tersebut dijadikannya sebagai pusat ibadah dan tempat belajar yang lambat laun berkembang menjadi kompleks pembelajaran hingga lahirlah Universitas Al-Qarawiyyin yang saat ini sudah berusia lebih dari 1.150 tahun. Berdirinya universitas ini menjadi titik balik dari kaum perempuan yang selalu dianggap remeh namun dapat menciptakan perubahan besar.
Tidak hanya menjadi universitas pertama, universitas ini sempat menjadi pusat pembelajaran utama di Mediterania yang mengajarkan agama, matematika, kedokteran, filsafat, musik, sejarah, kimia, astronomi, retorika, dan arsitektur. Bahkan mendapat rekor dunia dari Guinness Book of World Records pada tahun 1988 sebagai universitas tertua yang menawarkan gelar sarjana serta menjadi cikal bakal berdirinya universitas-universitas lain di dunia.
Universitas Al-Qarawiyyin ini adalah bentuk nyata bahwa perempuan mampu memberikan pengaruh besar untuk dunia terutama dalam bidang pendidikan sejak abad ke-9. Fatimah Al-Fihri tidak hanya meningkatkan derajat perempuan dalam pendidikan tetapi juga menciptakan ruang yang melahirkan masyarakat berilmu dan beradab.
Di Indonesia sendiri terdapat sosok perempuan hebat yang memiliki tekad dan peran yang besar dalam dunia pendidikan seperti Fatimah Al-Fihri. Sosok perempuan itu ialah Rahmah El Yunusiyyah.
Perempuan dari Tanah Minangkabau yang meyakini bahwa pendidikan menjadi salah satu jalan untuk mengangkat derajat kaum perempuan ditengah maraknya tradisi lama. Untuk mewujudkan niat tersebut, Rahmah mendirikan lembaga pendidikan khusus putri yang diberi nama AL-Madrasah AL-Diniyyah Li Al-Banat atau dikenal dengan Diniyyah School Poetri pada tahun 1923.
Kurikulum yang diajarkan madrasah ini yaitu pengetahuan agama, bahasa arab, serta pengetahuan umum dengan pendidikan non-formal seperti menjahit. Sistem pendidikannya menggunakan sistem tritunggal yang membawa kerja sama antara lingkungan sekolah, asrama, dan rumah tangga atau masyarakat. Harapannya dengan sistem tersebut dapat menciptakan keselarasan antara pendidikan formal dan pendidikan non-formal yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Perjalanan Rahmah dalam mewujudkan cita-citanya ini tentu tidak mudah, ia kerap mendapatkan kritik dan cemooh dari masyarakat yang masih berpegang teguh dengan prinsip lama bahwa “setinggi apapun pendidikan perempuan pasti akan bekerja di dapur juga”. Walaupun begitu, ia selalu yakin dengan impiannya dan berpegang teguh pada janji Allah. Ia selalu mengamalkan QS. Muhammad : 7 yang berbunyi “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”
Melalui tekad dan keyakinannya, setelah berhasil mendirikan madrasah Diniyyah sebagai madrasah perempuan pertama di Asia, ia mendapatkan perhatian dari berbagai negara. Pada tahun 1995, Al-Azhar memberikannya undangan untuk berkunjung ke perguruan tinggi tersebut dan diberikan gelar kehormatan “Syaikhah”.
Itulah dua contoh sosok tokoh perempuan hebat yang mampu berperan dalam membangun perubahan dan melahirkan generasi berilmu dan beradab melalui tekad mulia mereka dalam membangun perguruan tinggi dan madrasah. Tentunya perjalanan mereka dalam mewujudkan impian mulia tersebut menemui hambatan, tetapi dengan bekal tekad dan keyakinan yang berpegang teguh pada Allah SWT, niscaya impian yang semulanya hanya angan perlahan dapat terwujud menjadi kenyataan.
Tidak hanya itu, Yayasan Rumpun Nurani yang merupakan wadah peningkatan kualitas diri dan keluarga ini juga didirikan oleh campur tangan para perempuan hebat sejak tahun 2017. Melalui yayasan ini diharapkan dapat meneruskan impian para tokoh intelektual islam terdahulu untuk menjadi bagian perubahan serta membentuk masyarakat yang beradab dalam membangun, menjalani, dan memaknai hidup. Dukung perjalanan Yayasan Rumpun Nurani dalam menciptakan masyarakat yang lebih beradab dan bermakna dengan mengikuti update dan program kami yang dapat teman-teman pantau melalui website ini atau akun instagram kami @rumpunnurani
Oleh: Annisa Fadhilah
Referensi:
Alhawari, S. R., Rahman, I. K., & Ramly, A. T. (2021). Keterampilan Kepemimpinan Perempuan Dalam Kajian Historis Islam. Diversity: Jurnal Ilmiah Pascasarjana, 1(3), 201-109. Dapat diakses melalui link: https://ejournal.uika-bogor.ac.id/index.php/Diversity/article/view/5855
Furoidah, A. (2019). Tokoh Pendidikan Islam Perempuan Rahmah El-Yunusiah. FALASIFA: Jurnal Studi Keislaman, 10(2), 20-28. Dapat diakses melalui link: https://www.researchgate.net/publication/340218802_Tokoh_Pendidikan_Islam_Perempuan_Rahmah_El-Yunusiah