Ramadan selalu datang dengan semangat yang khas. Di satu sisi, bulan ini adalah waktu untuk refleksi, ibadah, dan pengendalian diri. Di sisi lain, Ramadan juga menghadirkan euforia tersendiri. Ada tradisi ngabuburit, berburu takjil, berbuka bersama, hingga persiapan menyambut Lebaran yang identik dengan peningkatan konsumsi. Namun, apakah euforia Ramadan ini selalu selaras dengan esensi pengendalian diri yang diajarkan dalam ibadah puasa?.
Ramadan dan Fenomena Konsumerisme
Ramadan seharusnya menjadi momentum untuk menahan diri, tetapi dalam praktiknya justru sering kali menjadi ajang peningkatan konsumsi. Pusat perbelanjaan, e-commerce, dan restoran berlomba-lomba menawarkan promo khusus Ramadan. Iklan yang bertebaran di berbagai platform digital menggiring pola pikir bahwa Ramadan tidak akan lengkap tanpa hidangan istimewa, pakaian baru, atau perayaan besar-besaran.
Salah satu yang paling mencolok adalah kebiasaan jajan takjil setiap sore. Dari sekadar ingin membeli satu jenis makanan, sering kali berakhir dengan membeli berbagai macam camilan yang tidak semuanya dikonsumsi. Hal yang sama juga terjadi pada kebiasaan berbuka di luar. Buka puasa bersama yang awalnya hanya untuk menjaga silaturahmi justru bisa menjadi beban finansial jika dilakukan terlalu sering tanpa perhitungan yang matang.
Di luar kebutuhan konsumsi harian, ada juga pengeluaran besar yang menanti di akhir Ramadan. Mudik, angpao untuk keponakan, hingga belanja kebutuhan Lebaran sering kali baru dipikirkan menjelang Idulfitri. Tidak sedikit orang yang akhirnya merasa keuangannya terkuras habis setelah Ramadan berakhir.
Menyikapi Euforia Ramadan dengan Bijak
Konsumsi memang tidak bisa dihindari, tetapi bisa dikelola dengan lebih bijak. Ada beberapa cara yang dapat diterapkan untuk tetap menikmati Ramadan tanpa terjebak dalam pola konsumtif yang berlebihan.
Pertama, menentukan anggaran khusus untuk pengeluaran Ramadan. Pembagian anggaran bisa mencakup dana untuk jajan takjil, buka puasa bersama, serta kebutuhan Lebaran. Dengan adanya batasan yang jelas, seseorang bisa lebih sadar dalam mengelola pengeluarannya tanpa harus mengorbankan kebutuhan yang lebih penting.
Kedua, memisahkan tabungan untuk keperluan Lebaran sejak awal. Banyak orang baru menyadari kebutuhan mudik dan angpao di akhir Ramadan, padahal pengeluaran ini seharusnya sudah dipersiapkan jauh-jauh hari. Dengan menyisihkan dana secara bertahap sejak awal Ramadan, beban finansial menjelang Lebaran bisa lebih ringan.
Ketiga, menerapkan konsep mindful spending. Setiap kali ingin membeli sesuatu, penting untuk bertanya apakah barang atau makanan tersebut benar-benar dibutuhkan atau hanya sekadar keinginan sesaat. Ramadan adalah latihan menahan diri, bukan hanya dalam hal makan dan minum, tetapi juga dalam mengelola keinginan konsumtif.
Keempat, memanfaatkan promo dengan bijak. Diskon dan cashback bisa membantu menghemat pengeluaran, tetapi harus tetap dalam batas wajar. Jangan sampai promo justru menjadi alasan untuk membeli sesuatu yang sebenarnya tidak dibutuhkan.
Ramadan seharusnya menjadi waktu untuk merefleksikan kembali kebiasaan konsumsi. Menikmati momen ini tidak harus selalu diiringi dengan pemborosan. Dengan perencanaan yang baik, seseorang bisa tetap menjalani Ramadan dengan penuh kebahagiaan tanpa harus mengalami krisis finansial setelahnya.
Ramadan Bukan Sekadar Konsumsi tetapi Juga Momentum Berbagi
Di tengah meningkatnya konsumsi selama Ramadan, ada satu aspek yang sering terlupakan yaitu berbagi. Di saat sebagian orang menikmati berbagai hidangan dan kemudahan, masih banyak yang kesulitan untuk sekadar mendapatkan makanan berbuka puasa. Maka, penting bagi kita untuk tetap mengingat mereka yang membutuhkan.
Salah satu cara untuk berkontribusi adalah dengan menunaikan zakat dan infak melalui lembaga terpercaya. Yayasan Rumpun Nurani membuka kesempatan bagi siapa saja yang ingin menyalurkan donasi untuk membantu saudara-saudara kita yang kurang beruntung. Salurkan zakat dan infak Anda melalui Rekening Bank …. a.n. Yayasan Rumpun Nurani (No. Rek) atau kunjungi www.rumpunnurani.org untuk informasi lebih lanjut.
The blessings of Ramadan are not only found in worship but also in sharing with others
CW: Dewi F. Ningrum