PRIORITAS UTAMA SUAMI ITU ISTRI ATAU IBUNYA?

Ilustrasi PRIORITAS UTAMA SUAMI ITU ISTRI ATAU IBUNYA?

Pertanyaan klasik yang ramai diperbincangkan di jagat maya. Sebagian orang berpendapat bahwa sudah selayaknya bakti anak laki-laki adalah kepada ibunya sekalipun ia sudah menikah, sehingga ibulah yang harus menjadi prioritas utama. Sebagian lainnya berpendapat bahwa ketika ijab qabul telah terlaksana, maka tanggung jawab utama seorang suami adalah kepada istrinya, sehingga ia harus mengutamakan istrinya dari pada ibunya.

Lantas bagaimana Islam melihat hal tersebut? Mana yang harus diprioritaskan antara ibu dan istri?

Perhatian Islam Terhadap Ibu

Islam menempatkan perempuan dalam kedudukan yang sangat mulia, salah satunya melalui peran sebagai ibu. 

Mu’awiyah bin Jahimah datang kepada Rasulullah ﷺ, lalu ia berkata, 

Wahai Rasulullah, aku ingin berperang, dan aku datang untuk meminta petunjukmu.” Rasulullah bersabda, “Apakah engkau memiliki ibu?”. Mu’awiyah menjawab, “Iya, benar.” Lalu Rasulullah bersabda, “Menetaplah dengannya, karena sungguh surga di bawah kedua kakinya.”  (HR. Ibnu Majah)

Hadis tersebut menunjukkan betapa tingginya kedudukan seorang ibu dalam Islam. Ibu merupakan sosok yang dekat dengan kasih sayang, kedamaian, dan ketulusan tanpa pamrih. Ibu memiliki peran yang sangat signifikan dalam membimbing anak laki-laki menjadi pria yang bertanggung jawab dan berakhlak mulia. Kasih sayang dan keteladanan yang diberikan oleh ibu menjadi landasan kuat bagi perkembangan moral anak. Anak laki-laki yang dekat dengan ibunya cenderung lebih peka terhadap perasaan orang lain, lebih bertanggung jawab, dan memiliki keterampilan interpersonal yang baik.

Meskipun Telah Menikah, Anak Laki-Laki Adalah Milik Ibunya. 

Bagaimana Istri Bersikap?

Ya, anak laki-laki tetap memiliki kewajiban untuk berbakti kepada orang tuanya, terutama ibunya meski ia telah menikah. Ia wajib memuliakan, menaati, dan berlaku lemah lembut kepada ibunya. Adapun perempuan, pasca menikah bakti pertamanya berubah dari yang semula kepada orang tua menjadi kepada suaminya. Dalam hal ini keduanya harus saling memahami, bukan berarti suami boleh semena-mena terhadap istrinya. 

Rasulullah ﷺ bersabda, 

Yang paling berhak atas seorang wanita adalah suaminya. Yang paling berhak atas seorang lelaki adalah ibunya.” (HR. Tirmidzi).

Istri dan ibu mertua hendaknya selalu bermuamalah dengan baik. Kalaupun seandainya muncul sikap dari ibu mertua yang kurang disuka, maka bersabarlah. Tetaplah berusaha bersikap baik dan hormat kepadanya. Pada beberapa kondisi, ini mungkin bukan hal yang mudah, tapi perbuatan baik akan selalu kembali pada diri sendiri, kan?. Terlebih ketika amalan tersebut sulit untuk dilakukan, maka pahala yang didapat juga akan semakin besar. Perbanyaklah berdo’a kepada Allah agar diberi kemudahan dalam segala urusan.

Istri Harus Lebih Diutamakan Dalam Hal Nafkah

Rasulullah ﷺ bersabda:

Mulailah dari dirimu sendiri, berilah nafkah pada dirimu. Jika ada kelebihan, maka berilah nafkah pada keluargamu. Jika sudah menafkahi keluargamu dan masih ada kelebihan, maka nafkahilah kerabatmu. Jika sudah menafkahi kerabatmu dan masih ada kelebihan, maka nafkahilah yang terdekat dan seterusnya” (HR. Muslim no. 997).

Suami wajib menafkahi istrinya, sedangkan ia tidak wajib menafkahi ibunya kecuali jika ibunya dalam kondisi yang benar-benar sulit. Nafkah ibu tetap menjadi kewajiban bagi ayah sampai kapan pun selama ayah masih mampu, sebagaimana firman Allah:

“…Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) wajib menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (QS. An-Nisaa’: 34)

Meski demikian, anak hendaknya jangan menunggu jatuhnya kewajiban untuk menafkahi, bersegeralah berbuat baik pada orang tua tanpa mendzalimi hak istri.

Beriringan, Bukan Dibenturkan

Suami yang baik adalah yang paling memuliakan istrinya. Memuliakan istri tercermin dari perlakuan yang baik, seperti berkata lemah lembut, tidak kasar, menunaikan haknya, serta tidak melakukan hal-hal yang menyakiti istri. Begitu pentingnya perilaku memuliakan istri ini sampai Rasulullah ﷺ mengkorelasikannya dengan keimanan:

 “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya di antara mereka. Dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya.” (HR. At-Tirmidzi No. 1162)

Berbakti kepada ibu dan memuliakan istri hendaknya menjadi dua hal yang selalu beriringan, bukan dibenturkan. Dengan demikian, hubungan antara istri dan ibu akan harmonis. Istri tidak merasa dijadikan nomor dua ketika suami berbakti kepada ibunya, dan ibu pun tidak merasa kehilangan anak laki-lakinya. Melalui dua hal yang beriringan ini, suami dapat memastikan bahwa peran ibu dan istri dihargai sepenuhnya. 

Istri dan ibu dapat memperoleh dukungan untuk mengembangkan potensinya melalui Komunitas Ibu Pilihan (KIP). KIP merupakan gerakan pemberdayaan ekonomi umat yang mandiri melalui peningkatan keterampilan anggotanya. Gerakan ini dibentuk oleh Departemen Ekonomi Yayasan Rumpun Nurani. Edukasi berbasis komunitas ini, diharapkan akan membentuk pribadi dan keluarga yang produktif dalam menggunakan waktu, energi, dan fokus untuk kebaikan dirinya dan masyarakat. Tertarik untuk bergabung? Hubungi 0821-3467-9840 (Rumpun Nurani Official) atau email ke rumpunnuraniofficial@gmail.com.

Oleh:
Dewi F. Ningrum

Referensi:
https://almanhaj.or.id/2535-kepada-siapa-seharusnya-aku-berbakti.html
https://konsultasisyariah.com/44119-lebih-didahulukan-istri-atau-ibu.html https://muslim.or.id/57343-siapa-yang-menafkahi-orang-tua.html https://muslimahnews.net/2023/01/04/16322/ 

Rekomendasi Artikel Lainnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jangan Lewatkan Update Terbaru dari Kami!

Berlangganan newsletter kami sekarang untuk menerima artikel inspiratif, berita terkini, dan informasi penting lainnya, Gratis!