Kuat di Lapangan, Lantang di Virtual: Seni Menjaga Mental di Tengah Unjuk Rasa

Suara toa saling bersahutan di jalanan dan teriakan para demonstran membahana ke segala arah. Ya, demo baru-baru ini yang mulai pecah pada 25 Agustus 2025 bertujuan untuk menolak kebijakan DPR yang sangat kontroversial di tengah ekonomi masyarakat Indonesia yang sedang lesu.

 

Salah satu kebijakan itu adalah peningkatan tunjangan DPR yang nominalnya sangat melukai hati rakyat Indonesia yang notabene penghasilannya kebanyakan masih di bawah UMR. Belum lagi aksi ekspresif berupa jogetan di ruang rapat yang dilakukan oleh beberapa anggota DPR yang seolah menyepelekan rakyat yang akhirnya menjadi bahan bakar tambahan untuk melancarkan aksi demo tersebut.

 

Di sini penulis mencoba melihat demo ini pada sisi yang lain yaitu wujud dan sikap seharusnya demonstran yang baik dalam melancarkan demontrasi. Dalam keriuhan ini, menjaga mental dan mengelola emosi juga menjadi pondasi penting agar tuntutan rakyat tidak tercerai-berai.

 

Demo adalah ruang energi kolektif. Tanpa mental yang terjaga, energi yang besar itu mudah meledak ke arah yang salah. Kepala dingin membantu massa yang begitu banyak dalam membuat keputusan yang tepat, menahan diri dari provokasi, dan tetap berada dalam jalur damai. Aksi yang mengandung anarkis bisa saja merusak nilai dan tujuan dari demo. Artinya, mengelola emosi bukan melemahkan perlawanan melainkan memperkuat ketahanannya.

 

Dalam suatu demo dengan skala yang besar, banjir informasi sering kali menimbulkan kesalahpahaman. Doomscrolling media sosial hanya menambah beban pikiran. Maka dari itu, masyarakat mestinya membatasi konsumsi berita dengan memilih sumber yang kredibel.

 

Salah satu hal yang perlu diketahui adalah demo itu bukanlah ajang individual. Jika seseorang ingin ikut aksi, usahakan untuk tidak sendiri. Datang dengan kelompok menjadi opsi paling utama agar bisa saling jaga jika terjadi suatu hal yang berbahaya. Solidaritas bukan hanya soal teriakan keras dan yel-yel belaka, tetapi juga menjaga satu sama lain agar tetap aman, Menciptakan ruang aman dalam demonstrasi juga menjadi hal vital agar tuntutan tepat sasaran.

 

Para demonstran baik itu yang di lapangan atau netizen harus punya jangkar yang kuat yaitu pengetahuan akan tuntutan yang jelas. Banyak terlihat para pengunjuk rasa tidak mengerti tujuan dari aksi demo. Banyak juga yang hanya ikut-ikutan yang akhirnya menyebabkan blunder pada diri sendiri.

 

Massa tanpa struktur akan mudah terpecah belah. Netizen yang tidak solid akan mudah diadu domba. Bagi yang aksi di lapangan, kehadiran koordinator lapangan sangat vital dalam menjaga rime aksi. Sedangkan bagi netizen, menyebarkan info yang valid akan menjadi peluru yan tepat sasaran dalam memperkuat tuntutan demo.

 

Provokasi adalah ujian besar dalam sebuah aksi. Memposisikan diri dengan bijak akan membentengi diri dari ajakan sesat yang bisa merusak esensi demo. Demo kali ini terlihat banyak sekali disusupi oleh provokator. Penulis percaya bahwa banyaknya fasilitas umum yang terbakar bukanlah disebabkan oleh para pengunjuk rasa, melainkan provokator. Mereka mungkin dibayar untuk merusak citra aksi demo dan akhirnya rakyatlah yang disalahkan.

 

Rumor juga banyak menyebar di kala aksi demo terjadi. Satu kabar bohong bisa merusak ribuan langkah. Prinsipnya jelas, lebih baik menahan kabar daripada menyebarkan rumor yang menimbulkan kepanikan. Melawan hoaks sama pentingnya dengan menjaga barisan.

 

Sebagian orang mungkin beranggapan demo itu harus marah. Perlu digarisbawahi bahwa marah itu memang bahan bakar, tapi tanpa kendali ia hanya akan jadi ledakan singkat. Dengan pengelolaan mental, amarah bisa diarahkan menjadi strategi yang lebih menekan pembuat kebijakan.

 

Demo adalah bahasa rakyat ketika suara lain tak didengar. Agar bahasa itu tetap utuh dibutuhkan 2 hal yaitu keberanian untuk bersuara dan kebijaksanaan untuk tetap waras. Menjaga mental bukan sekedar urusan pribadi, melainkan strategi kolektif agar gerakan tak bisa dihancurkan provokasi.

 

Mari turun ke jalan dan berperang di media sosial dengan kepala dingin, hati hangat, dan tuntutan yang jelas. Dengan itulah suara rakyat akan sampai tanpa dimanipulasi oleh pihak yang tak bertanggung jawab.

 

Penulis: Muhammad Hussaini

Rekomendasi Artikel Lainnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *