Komunikasi ada di setiap kegiatan dalam hidup kita. Mulai dari komunikasi yang kita jalin dengan diri sendiri, keluarga, teman, dan semua orang-orang di sekililing kita. Komunikasi lah yang menghubungkan kita satu dengan yang lainnya, sehingga dapat saling tolong menolong.
Hal ini disampaikan oleh Rennta Chrisdiana, M.Si dalam salah satu kelas Tigapuluh Hari Memantaskan Diri (TMHD) pada 19 Juni 2021 lalu. Dalam kelas tersebut, Rennta mengatakan bahwa untuk menciptakan sakinah, mawaddah, dan warahmah dalam keluarga, dibutuhkan proses komunikasi yang baik.
Namun, dalam pelaksanaannya pasti dijumpai hambatan dalam komunikasi yang dibangun keluarga. Baik ego maupun ketidakterbukaan yang dimiliki antar pasangan dan anggota keluarga. Hambatan ini yang harus dirubah menjadi selalu berusaha untuk berekspresi dan menyampaikan dengan jujur mengenai perasaan diri sendiri. Karena pada dasarnya orang lain tidak akan dapat mengetahui perasaan yang kita memiliki, sebelum diri sendiri yang mengatakannya.
Rennta kemudian menjelaskan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk berekspresi dan jujur mengenai perasaan diri sendiri dengan menggunakan ‘I Statement’. Istilah tersebut adalah bentuk pernyataan yang berfokus pada mengutarakan perasaan dan apa yang dapat dilakukan untuk orang lain. Sehingga orang lain tidak merasa terhakimi atas perilakunya.
Dalam kelas tersebut, Rennta mengajak peserta untuk melakukan ‘I Statement’ untuk mengungkapkan perasaan jujur kepada seseorang atau anggota keluarga atas perasaan yang telah lama dipendam. Latihan tersebut dilakukan dengan formula berikut:
Aku merasa … (senang, gelisah, kahwatir, sedih atau apapun perasaan yang sedang kamu rasakan)
Kalau (Bapak, ibu, adik, teman, saudara, atau suami) …
Jadi tolong …
Contoh:
Aku merasa sedih. Kalau ayah tidak cerita sama aku tentang hari ini. Jadi tolong sering cerita ya sama aku
Rennta kemudian mengatakan bahwa untuk membangun komunikasi baik dalam keluarga, salah satu contoh paling sempurna yang dapat ditiru adalah hubungan yang dibangun oleh Nabi Muhammad SAW dan Sayyida Khadijah. Dijelaskan bahwa dalam sebuah peristiwa ketika turunnya wahyu pertama yang diterima oleh Rasulullah SAW, terdapat suara menggelegar yang membuat Rasulullah SAW resah. Sehingga sepulangnya dari Gua Hira’, Rasulullah SAW langsung menemui istrinya untuk mendapatkan ketentraman.
Segala kegaduhan dan kekhawatiran dalam pikiran, dapat hilang apabila kita bersama dengan pasangan yang mendukung dan mengerti perasaan kita. Sudah seharusnya dalam berumah tangga, setiap pasangan saling mengerti satu sama lain. Sehingga akan tercipta sebuah rumah surga atau keluarga surga.
Selain dengan bentuk komunikasi yang dibangun, hal paling penting yang harus dipahami adalah diri sendiri. Sebagai individu, kita harus memahami hal-hal yang diperlukan dan diingkan, serta hal-hal yang dapat didiskusikan dan dikompromikan. Setelahnya, adalah memahami pasangan atau anggota keluarga yang akan diajak berkomunikasi. Menurut Rennta, hal penting lain dalam melakukan komunikasi adalah penggunaan kata “kita” dalam tutur bahasa. Hal ini dikarenakan dalam keluarga, segala kegiatan dilakukan bersama dan demi kepentingan bersama. Meskipun suami memiliki peran sebagai kepala keluarga, namun dalam melakukan kewajiban keluarga suami dan isteri adalah “partner” dalam kegiatan keluarga.
Mempelajari hal-hal penting mengenai rumah tangga dapat dilakukan sedari sekarang. Mempersiapkan diri sebelum membangun sebuah keluarga merupakan hal penting untuk menjadikan kita memiliki pondasi yang kuat. Kelas membangun komunikasi dalam keluarga ini menjadi salah satu dari sekian banyak materi kelas yang penting dan bermanfaat lainnya mengenai keluarga.
Nah, jadi bagi Kawan Nurani yang ingin belajar lebih banyak dengan materi menarik lainnya dapat terus mengikuti informasi seputar pernikahan dan persiapannya melalui akun instagram @sekolahcalonayah dan @sekolahcalonibu.
Ditulis oleh: Ahmad Wasil Mustofa