Pada 21 November 2021 lalu, Yayasan Rumpun Nurani melakukan pelatihan kedua untuk para relawan pada Program REKAN Lansia. Dalam sesi tersebut, topik utama yang ditekankan adalah manajemen gizi pada lansia. Topik manajemen gizi ini sendiri merupakan salah satu tema penting yang menjadi bekal utama para relawan sebelum terjun membantu para lansia secara langsung.
Dibimbing oleh ahli gizi profesional dari RSUP Sardjito, Nur Dwi Handayani S. SIT, pelatihan dilaksanakan secara online melalui Zoom Meeting sejak pukul 09.00 WIB hingga 11.30 WIB.
Dalam sesi yang berjalan lebih dari dua jam itu, pemateri menjelaskan tiga kunci utama dalam memastikan kesehatan lansia. Tiga kunci tersebut antara lain termasuk penerapan pola makan sehat, menjaga kebugaran, serta istirahat yang cukup.
Nur menjelaskan bahwa untuk menjaga kesehatan lansia, yang perlu dipastikan adalah lansia mengonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna dan terjaga kebugarannya. Untuk menjaga kebugaran tersebut, Nur mengatakan lansia dapat melakukan senam lansia secara rutin atau berjalan di pagi hari. “Selain itu, memiliki waktu tidur yang benar dan istirahat yang cukup harus dimaksimalkan,” jelas Nur.
Selanjutnya, Nur memaparkan tahapan-tahapan yang perlu dilakukan relawan untuk mempertahankan status gizi baik pada lansia. Pertama, adalah dengan memantau berat badan lansia secara berkala. Menurut Nur, kenaikan dan penurunan berat badan pada lansia yang masih tergolong normal per bulannya, hanya berada di angka satu hingga dua kilogram. Maka dari itu, para relawan diimbau untuk dapat segera memeriksakan lansia jika berat badannya mendadak mengalami kenaikan atau penurunan yang drastis.
Kedua, adalah dengan menjaga lingkar pinggang lansia, terutama lansia perempuan. Untuk menjaga lingkar pinggang yang normal, Nur menekankan pentingnya untuk rajin berolahraga. “Paling tidak seminggu sekali, karena pembakaran lemak pada manusia akan semakin sulit jika sudah semakin sepuh,” ujar Nur.
Setelah melakukan langkah-langkah tersebut, barulah relawan dapat mengecek status gizi lansia. Ada beberapa indikator yang dapat digunakan dalam melihat status gizi lansia. Indikator tersebut antara lain adalah tinggi dan berat badan lansia yang normal, tebal lemak bawah kulit daerah tricep yang di bawah 16mm bagi pria, dan di bawah 28mm bagi wanita, serta lingkar lengan atas yang di atas 22 cm. Selain itu, lingkar pinggang juga dapat digunakan sebagai indikator status gizi lansia. Lingkar pinggang lansia laki-laki normalnya adalah di atas 90 cm dan perempuan di atas 80 cm. “Jika ternyata di bawah dari angka normal, tandanya kita sudah perlu melakukan pengawasan pada lansia yang bersangkutan,” tambah Nur.
Dalam rangka menjaga status gizi lansia, Nur menyebutkan empat hal penting yang bisa dilakukan relawan. Menurutnya, menjaga status gizi lansia dapat dilakukan dengan mengatur porsi makanan pokok, membatasi konsumsi gula setiap harinya, mengurangi penggunaan garam dan makanan yang diawetkan, hingga rutin memakan makanan sumber kalsium yang tinggi. Selain makanan tinggi kalsium, Nur juga menyebutkan makanan tinggi vitamin dan protein yang juga perlu diberikan untuk para lansia.
Hingga pada akhir pelatihan, Nur kerap menyebutkan makanan-makanan bergizi yang bisa menjadi kunci utama dalam menjaga gizi lansia. Ikan, buah, dan sayur merupakan resep andalan anti pikun untuk para lansia. Yang tidak kalah penting adalah meminum air putih dengan takaran yang cukup setiap hari. Rutin minum air putih juga dapat meningkatkan kelembaban kulit pada lansia.
Selain untuk lansia, Nur juga meminta para relawan untuk dapat menjaga kesehatan diri masing-masing. “Saya harap relawan sekalian dapat termotivasi dan mau memulai hidup yang lebih sehat dan terhindar dari penyakit apapun, sehingga dapat terus berbuat kebaikan,” ujar Nur seraya mengakhiri pelatihan online hari itu.
Ditulis oleh: Yunisa Anindita