5 Pelajaran Penting Untuk Menutup Tahun 2021

Tak terasa beberapa hari lagi kita sudah memasuki tahun 2022. Sebelum membicarakan resolusi tahun baru, ada baiknya jika kita melakukan kilas balik dan refleksi terhadap hal-hal yang terjadi selama satu tahun ke belakang. Apakah kita juga sudah cukup banyak belajar dan mencapai banyak hal? Lalu apa yang harus ditentukan sebagai resolusi tahun berikutnya?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Yayasan Rumpun Nurani memliki tips untuk Kawan Nurani dalam menentukan hal tersebut. Yaitu dengan memperhatikan life lesson penting pada tahun sebelumnya untuk menemukan resolusi yang harus dicapai nantinya.

2. Being healthy is indeed an achievement

Meskipun terdengat sepele, menjaga fisik dan mental tetap sehat selama satu tahun merupakan salah satu pencapaian terbaik yang didapatkan. Pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, namun juga memberkan tekanan-tekanan yang tidak kalah besar. Tidak heran jika banyak dari kita yang mulai merasa burnout dan stress.

Dengan kondisi tubuh yang tidak baik tersebut, kita dipaksa untuk tetap produktif di tengah kondisi yang tidak kondusif. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita mengapresiasi diri kita sendiri yang tetap bertahan melewati segala tekanan yang ada. Tentu sangat sulit untuk bisa menjaga kesehatan dan kewarasan selama satu tahun ini. 

Mengingat hal tersebut, menjadi sehat baik dalam maupun luar tubuh menjadi prioritas utama dari resolusi yang akan direncanakan. Dengan resolusi ini, kita akan berusahs untuk terus melakukan kegiatan yang menjaga tubuh kita tetap sehat, seperti rajin berolahraga dan menjaga pola makan sehat.

2. Acceptance is the key

Acceptance atau sikap menerima suatu kondisi dengan baik, adalah pelajaran yang banyak kita ambil di 2021. Karena tanpa sikap ini, akan sulit bagi kita untuk berdamai dengan keadaan, termasuk diri kita sendiri. Hal inilah yang menjadikan acceptance sebagai salah satu pencapaian yang dapat kita masukkan dalam list pembelajaran di tahun ini. 

Akan tetapi perlu diingat, acceptance berbeda dengan sikap putus asa ya, teman-teman. Acceptence bukan sekadar sikap menerima dan pasrah dengan keadaan, melainkan sikap kita yang tetap dapat tersenyum dengan ikhlas dan meneruskan upaya positif lainnya dalam berperilaku. Memiliki sikap acceptance ini sendiri terbukti dapat membuat hidup terasa lebih ringan, karena  kita menjadi sadar bahwa ada hal lain di dunia ini yang di luar dari kemampuan dan kontrol kita.

3. It’s not a rejection, but a redirection

Selanjutnya adalah pembelajaran penting lain yang masih berkaitan dengan sikap acceptanceMindset ini mengubah cara pandang kita mengenai  kegagalan dan hal lain yang kita alami. Kesalahan hingga kegagalan sering pula membuat kita merasa putus asa dan tak berguna. 

Dengan menerapkan mindset bahwa tidak ada yang namanya penolakan ini kita bisa melihat sisi lain dari terjadinya suatu peristiwa “gagal” terssebut. Hal yang kita anggap sebagai penolakan dan kegagalan ini, bisa saja adalah justru sebuah jalan dan kesempatan baru untuk kita. 

Bisa pula penolakan ini adalah bentuk perlindungan dari Allah SWT terhadap diri kita. Karena sebagai manusia, kita tidak mengegahui rencana terbaik-Nya. Hal ini berkaitan  dengan  Surat Al-Baqarah Ayat 216 yang berbunyi:

 

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ ࣖ

 

Artinya:

Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah: 216)

 

Dari penggalan surat tersebut, tertera jelas bahwa hal yang kita sukai, bisa saja bukanlah hal terbaik yang disiapkan oleh Allah SWT. Begitu pula sebaliknya.

4. Our attitude will affects everything

    Pelajaran selanjutnya adalah dengan berhati-hati dan bersikap positif dalam menyikapi segala hal. Hal ini dikarenakan segala sesuatu yang terjadi di hidup kita memiliki hubungan yang kuat dengan perilaku kita. Hal ini sering pula kita sebut dengan ungkapan karma is real.

Selain sikap, pikiran juga memengaruhi kehidupan kita. Disadari atau tidak, orang yang memiliki pikiran positif dan selalu yakin dengan impiannya, cenderung lebih dimudahkan untuk meraih yang diinginkannya. Sedangkan orang yang pesimis dan menganggap remeh diri sendiri cenderung mengalami lebih banyak kesulitan dalam mencapai tujuan dan cita-citanya.

    Dalam ilmu psikologi dijelaskan bahwa orang yang berpikiran positif memiliki lebih banyak energi dan tingkat kepercayaan diri yang jauh lebih baik. Mereka juga cenderung menetapkan tujuan yang lebih tinggi dan mengeluarkan lebih banyak usaha untuk mencapai tujuan mereka. Karena itulah orang-orang dengan pikiran positif umumnya juga lebih tangguh, sehingga membantu mereka bangkit kembali dan bertahan meskipun mengalami kemunduran.

    Telah disebutkan dalam HR. Muslim tentang keutamaan bersikap positif. Hal ini sebagaimana dituliskan di bawah ini:

 

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي ، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ، ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي ، وَإِنْ ذَكَرنِي فِي مَلَأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

 

Artinya:

Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).” [HR. Bukhari, no. 6970 dan Muslim, no. 2675].

Dalam hadist tersebut diterangkan bahwa kita harus selalu berpikir positif dan mengingat Allah SWT. Berprasangka kepada Allah dengan keyakinan bahwa Allah SWT akan selalu membantu dan menyiapkan yang terbaik bagi kita yang mengingatnya.

    

5. Make Allah as your main priority

Pembelajaran terakhir dan yang paling penting adalah dengan senantiasa melakukan segala hal dalam kebaikan  untuk mencari ridha Allah SWT. Karena dengan menjadikan Allah sebagai prioritas utama menjadikan kita melakukan hal yang tidak akan jauh-jauh dari kebaikan. Baik dalam hal pekerjaan, berhubungan dengan manusia satu sama lain, serta kegiatan-kegiatan lainnya. 

Selain itu, menanamkan dan menjadikan Allah SWT sebagai tujuan utama berperilaku juga dapat memupuk rasa ikhlas diri kita. Dengan rasa ikhlas yang nantinya terbentuk itulah pelan-pelan kita dapat berdamai dengan banyak hal. 

Nah, Kawan Nurani, dengan 5 pembelajaran berharga yang telah disebutkan di atas, semoga kita menjadi lebih siap dalam menghadapi perjalanan satu tahun yang akan datang. 

Ditulis oleh: Yunisa Anindita

WhatsApp
Facebook
Twitter
Email
Pinterest

Artikel Lain

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *