“Kita tidak berdoa kepada Tuhan untuk cinta-Nya, kita berdoa kepada Tuhan karena telah mengalami cinta-Nya.”
—A. Helwa dalam Secrets of Divine Love
Di Bawah Naungan Rahmat-Nya, Kita Bertumbuh
Saat kita lalai mengerjakan perintah-Nya, saat kita sibuk menikmati maksiat, atau saat kita berprasangka buruk terhadap-Nya, ternyata Allah masih saja memberikan rahmat-Nya untuk kita. Ini adalah bukti nyata akan kasih sayang Allah yang begitu luas dan tak terbatas. Meskipun kita seringkali melupakan-Nya, bahkan menyakiti-Nya, Allah tetap membuka pintu maaf dan memberikan kesempatan bagi kita untuk kembali kepada-Nya.
Rahmat Allah ini datang dalam berbagai bentuk. Bisa jadi dalam bentuk kesehatan yang sempurna, rezeki yang melimpah, keluarga yang harmonis, atau bahkan dalam bentuk ujian yang berat yang justru menjadi sarana untuk menyadarkan kita akan kebesaran-Nya. Setiap nikmat yang kita rasakan adalah tanda nyata dari kasih sayang Allah.
Cinta-Nya Juga Hadir dalam Hal-Hal Sederhana
Cinta Allah terhadap seorang hamba itu tidak bisa hanya kita ukur dari banyaknya harta yang Allah titipkan pada orang tersebut. Kekayaan duniawi hanyalah sebuah titipan, bukan tolok ukur atas kasih sayang Allah.
Cinta Allah, seringkali hadir dalam hal-hal sederhana. Seperti saat tiba-tiba saja kita dipertemukan dengan orang baik yang membantu kita saat kesulitan, atau sesimpel kita bisa mengerjakan salat subuh di pagi hari. Hal-hal kecil inilah yang seringkali kita lewatkan, namun sebenarnya mengandung makna yang begitu dalam tentang kasih sayang Allah.
Kita seringkali mencari tanda-tanda besar dari cinta Allah, seperti pada kejadian-kejadian luar biasa dalam hidup kita. Padahal, Allah juga menunjukkan kasih sayang-Nya melalui hal-hal kecil sehari-hari yang sering kita anggap biasa. Setiap rezeki yang kita dapatkan, kesehatan yang kita nikmati, dan kesempatan untuk beribadah adalah manifestasi dari cinta Allah.
Masih Diberi Napas, Berarti Masih Diberi Kesempatan Kembali
Sejauh apapun kita tersesat, pada dasarnya Allah selalu menunggu hamba-Nya untuk kembali. Kalau kita masih diberi nikmat untuk bernapas, artinya Allah masih memberikan kesempatan untuk kita kembali. Tidak ada manusia yang luput dari kesalahan. Jadi, jangan ragu ya untuk kembali.
Kisah Nabi Yunus menjadi salah satu contoh nyata tentang kasih sayang Allah yang tak terbatas. Ketika Nabi Yunus murka dan meninggalkan kaumnya, Allah menelannya ke dalam perut ikan paus. Di dalam perut ikan paus yang gelap gulita itulah, Nabi Yunus bertobat dan memohon ampunan kepada Allah. Allah pun menyelamatkannya dan membawanya ke daratan.
Pelan-pelan, mulai perbaiki diri lagi, yuk! Mulai dari yang satu ini saja dulu; shalat. Shalatlah meski diri merasa terlalu kotor untuk mengerjakan shalat. Shalatlah. Semoga shalat menjadi kekuatan dan hidayah bagi setiap jiwa untuk meninggalkan keburukan-keburukan yang dikerjakan.
Pelan-pelan, diperbaiki lagi ibadahnya. Mulai menjaga dzikir pagi-petang, belajar tajwid, dan mendalami makna di balik setiap ayat Al-Qur’an. Dengan memahami makna ayat-ayat Allah, kita akan semakin termotivasi untuk mengamalkan ajaran-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, usahakan juga untuk mengikuti kajian secara rutin. Di sana, kita bisa belajar banyak hal tentang Islam, berdiskusi dengan teman-teman seiman dan saling memotivasi untuk terus memperbaiki diri.
Ikut serta dalam kajian atau komunitas juga dapat memperluas jaringan sosial kita. Kita akan bertemu dengan orang-orang yang memiliki tujuan hidup yang sama, yaitu untuk mendekatkan diri kepada Allah. Lingkungan yang positif ini akan sangat membantu kita dalam perjalanan spiritual. Salah satu acara yang bisa kita ikuti untuk meningkatkan spiritualitas adalah “Spiritual Glow Up” yang diselenggarakan di Kolektif Co Space.
Ibarat tanaman yang membutuhkan pupuk untuk tumbuh subur, jiwa kita juga membutuhkan nutrisi spiritual agar dapat berkembang. “Spiritual Glow Up” adalah pupuk yang tepat untuk menumbuhkan iman dan ketakwaan kita.