Sebagai seorang muslim, Al-Qur’an merupakan pedoman yang membimbing kita dalam melakukan kegiatan sehari-hari, termasuk makan. Melalui beberapa surah dalam Al-Qur’an, telah disebutkan hal-hal penting terkait adab makan yang harus diteladani umat manusia. Salah satunya adalah Allah mengimbau kepada umatnya agar makan secukupnya dan dengan harta yang halal. Hal ini sebagaimana yang terkandung dalam Surah At-Thaha Ayat 81 berikut:
كُلُوا۟ مِن طَيِّبَٰتِ مَا رَزَقْنَٰكُمْ وَلَا تَطْغَوْا۟ فِيهِ فَيَحِلَّ عَلَيْكُمْ غَضَبِى ۖ وَمَن يَحْلِلْ عَلَيْهِ غَضَبِى فَقَدْ هَوَىٰ
“Makanlah di antara rezeki yang baik yang telah Kami berikan padamu, dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaan-Ku padamu. Dan barang siapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku, maka sesungguhnya binasalah ia.”
Melalui firman Allah tersebut, manusia semestinya memakan makanan yang baik dan tidak berlebihan agar terhindar dari berbagai penyakit. Hal ini juga terbukti secara ilmiah, bahwa makan secara berlebihan dapat menyebabkan kondisi obesitas. Makanan berlebih yang tertimbun di dalam tubuh dapat mengganggu keseimbangan energi energi tubuh yang akhirnya tersimpan menjadi lemak di jaringan tubuh.
Selain yang tertulis dalam Al-Qur’an, Kawan Nurani juga dapat meneladani kebiasaan Rasulullah SAW dalam mengatur adab dan pola makan yang sehat sehari-hari. Berikut ini merupakan beberapa kegiatan rutin Rasulullah SAW ketika makan, yaitu:
- Makan sebelum lapar dan berhenti sebelum kenyang
Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk makan sebelum merasa lapar dan berhenti sebelum merasa kenyang. Sebab, kondisi perut yang penuh karena akan makanan membuat seseorang menjadi lebih merasa malas. Aturannya, kapasitas perut dibagi dalam tiga bagian yaitu sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk udara. Rasulullah SAW bersabda:
ما ملأ آدميٌّ وعاءً شرًّا من بطن، بحسب ابن آدم أكلات يُقمن صلبَه، فإن كان لا محالة، فثُلثٌ لطعامه، وثلثٌ لشرابه، وثلثٌ لنفَسِه
“Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk dari perut. Cukuplah bagi anak Adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Namun jika ia harus (melebihinya), hendaknya sepertiga perutnya (diisi) untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernafas”.
- Memakan makanan yang dimudahkan Allah di negerinya
Rasulullah SAW juga memiliki adab untuk makan sederhana, salah satunya adalah dengan memakan makanan yang mudah didapati, selama makanan tersebut halal. Beliau tidak menolak makanan yang ada dan tidak pula memberati dirinya untuk mencari makanan yang tidak ada.
- Mendahulukan buah-buahan
Salah satu upaya untuk menghindari makan secara berlebihan adalah dengan mendahulukan buah-buahan sebagai makanan pembuka. Rasulullah menganjurkan umatnya untuk memakan buah-buahan tiga puluh menit sebelum menyantap hidangan utama. Hal ini dimaksudkan agar umat muslim dapat lebih baik mengontrol asupan makanan yang masuk ke dalam butuh. Kemudian, Rasulullah SAW kerap menekankan kemuliaan mengonsumsi buah kurma, terutama ketika berbuka puasa.
“Sekiranya salah seorang di antara kalian akan berbuka puasa, maka hendaklah kalian melakukannya dengan buah kurma. Sesungguhnya hal itu merupakan berkah.” (HR. Abu Daud)
- Menghindari berbicara buruk mengenai makanan
Selanjutnya, Rasulullah SAW tidak pernah mencela makanan sama sekali. Apabila beliau menyukainya, maka beliau akan memakan makanan tersebut. Namun, apabila beliau tidak menyukai makanan tersebut, maka beliau tidak memakannya tanpa menghina makanan itu dengan perkataan buruk. Sebab, ditakutkan dapat melukai hati orang yang menyediakan makanan tersebut.
Menghindari berbicara buruk mengenai makanan juga merupakan bentuk syukur dan menghargai akan rezeki yang diterima seseorang dari Allah SWT. Seperti yang dijelaskan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin Rahimahullah.
والذي ينبغي للإنسان إذا قدم له الطعام أن يعرف قدر نعمة الله سبحانه وتعالى بتيسيره وأن يشكره على ذلك وألا يعيبه إن كان يشتهيه وطابت به نفسه فليأكله وإلا فلا يأكله ولا يتكلم فيه بقدح أو بعيب
“Yang hendaknya dilakukan oleh seseorang jika dihidangkan makanan adalah menyadari besarnya nikmat Allah SWT kepadanya dengan memudahkannya (mendapatkan makanan) dan juga bersyukur atasnya. Dan seseorang hendaknya tidak mencela makanan tersebut. Jika dirinya berselera dan senang terhadap makanan tersebut, hendaklah dimakan. Jika tidak, maka tidak perlu dimakan, dan tidak mengomentari makanan tersebut dengan komentar yang berisi celaan dan hinaan.” (Syarh Riyadhus Shalihin, 1; 817).
Berbagai tuntunan adab makan telah terkandung dalam Al-Qur’an dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Sebagai umat muslim, sudah seharusnya kita menerapkan adab makan yang sesuai dengan ajaran Islam. Sebab, apabila dipahami lebih dalam, adab makan dalam Islam memiliki nilai baik dari segi kesehatan dan menghargai sebuah makanan.