Hati merupakan inti dari diri seorang manusia. Sebab, pikiran, ucapan, dan perilaku manusia sangat ditentukan oleh kondisi hatinya. Bahkan, kerap kali berbagai masalah serta pilihan hidup kita juga muncul dari dalam hati. Mengingat bagaimana kita sebagai manusia yang bertindak mengikuti isi hati, tentu penting untuk memahami cara membimbing dan melembutkan hati.
Dengan begitu, untuk mengajak Kawan Nurani menjadi lebih paham akan hati masing-masing
Yayasan Rumpun Nurani melalui Departemen Dakawah menyelenggarakan kegiatan Ngaji @Kolektif. Kegiatan yang diselenggarakan pada 22 November 2020 tersebut mengangkat tema “Guiding Your Heart to Allah’s Good” dan menghadirkan Kang Yazid Subakti sebagai pembicara.
Perkara hati dianggap Kang Yazid sebagai permasalahan yang begitu penting bagi manusia. Hal ini dibuktikan dari ayat-ayat Al-Qur’an yang membahas persoalan hati. Terdapat 131 ayat Al-Qur’an yang menyinggung persoalan hati. Menurut Kang Yazid, hal Ini karena permasalahan mengenai hati cukup rumit untuk diselesaikan oleh hamba Allah. “Bagaimana tidak rumit? Hati itu sifatnya adalah membelokkan dan bisa berbolak balik,” jelas Kang Yazid.
Kang Yazid kemudian mengibaratkan hati manusia layaknya sebuah botol yang dapat diisi dan dikosongkan. Ia menjelaskan bahwa hati bersifat fleksibel, seperti botol yang bisa diisi dan dikosongkan, serta dibentuk dan dikondisikan. Jika kita mengondisikan hati kita keras, maka jadilah kita orang yang takabur juga keras kepala. “Sebaliknya, jika kita melembutkan hati kita, Insya Allah, maka akan lebih baik pula cara kita menyikapi segala hal yang ada di dunia dan menjadi orang yang lebih ikhlas,” tuturnya.
Namun, meskipun hati manusia sangat mudah untuk dikondisikan, melembutkan hati tidak dapat dilakukan jika kita sendiri tak mendapatkan izin serta ridho dari Sang Pencipta. “Karena kembali lagi pada hakikatnya, penguasa hati kita adalah Allah SW,” ujar Kang Yazid. Sehingga untuk memiliki hati yang lembut serta keikhlasan yang tinggi, perlu kehendak Sang Pencipta untuk mendapatkannya.
Maka dari itu, Kang Yazid menekankan beberapa langkah penting yang dapat dilakukan untuk membimbing hati kita kembali kepada Allah SWT, yaitu sebagai berikut:
- Ikhtiar
Langkah pertama untuk membimbing hati ke jalan yang benar dapat dimulai dengan berikhtiar atau dengan berusaha keras dan sungguh-sungguh. Usaha tersebut juga perlu dibarengi dengan niat yang kuat untuk semakin meneguhkan keinginan baik yang kita miliki.
2. Tawakal
Setelah berikhtiar, langkah selanjutnya adalah dengan percaya akan keputusan dan jalan baik yang diberikan Allah SWT. Dalam langkah ini, kita harus membuang jauh-jauh segala pikiran negatif yang membebani kita, seperti “Bagaimana jika hasilnya seperti ini? Bagaimana jika saya gagal?”.
3. Sadar akan kekurangan
Menyadari kekurangan mungkin akan terasa berat untuk dilakukan. Terlebih saat kita sangat menginginkan sesuatu. Namun, menyadari kekurangan atau hal yang jauh dari kuasa kita merupakan hal yang sangat penting untuk dapat melembutkan hati.
4. Menerima
Setelah sadar akan kekurangan yang kita miliki, langkah selanjutnya adalah dengan menerima kekurangan ataupun hal yang diluar kuasa kita dengan perasaan ikhlas. Langkah ini sangat mungkin untuk dilakukan dengan bertaubat kepada Allah SWT.
5. Berserah diri
Pada langkah terakhir, kita dianjurkan untuk menyerahkan segala hal yang ada kepada Allah SWT. Langkah ini disebut Kang Yazid sebagai surrender, yang mana merupakan langkah penutup yang dapat dilakukan setelah kita berikhtiar, bertawakal, menyadari dan menerima kekurangan kita.
Di akhir sesi kajian, Kang Yazid juga menjelaskan sikap bersuci yang dikenal dengan istilah tazkiyah. Sikap bersuci itu sendiri dilakukan dengan menanamkan sifat-sifat baik dalam diri kita, seperti sifat ikhlas, sabar, serta tawakal. Selain untuk membersihkan hati, tazkiyah juga dipercaya dapat memberikan keberuntungan bagi yang melakukannya. Hal ini juga ditegaskan oleh Allah SWT melalui Surah Asy-Syams ayat 8-10, yang berbunyi:
فَاَلۡهَمَهَا فُجُوۡرَهَا وَتَقۡوٰٮهَا قَدۡ اَفۡلَحَ مَنۡ زَكّٰٮهَا وَقَدۡ خَابَ مَنۡ دَسّٰٮهَا
Artinya:
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (potensi) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan merugilah orang yang mengotori jiwa mereka,”.