Beberapa waktu lalu, topik tentang keluarga menjadi persoalan yang ramai dibahas di media sosial. Terlebih ketika Rachel Vennya, seorang selebgram, mengunggah video di YouTube dengan judul SleepovEEERRR Ep. 4 – Harta, Tahta, Keluarga Rachel Vennya pada Jum’at (14/6/2024) lalu. Rachel sendiri berasal dari keluarga broken home dan tidak merasakan hadirnya peran ayah sebagai sosok yang mengayomi pada masa kecilnya. Bagi beberapa anak broken home, kehadiran orang tua saat dewasa menjadi sumber luka yang ingin dihindari.
Keluarga broken home seperti halnya serpihan kaca yang sering melukai telapak kaki. Ketika menemukan serpihan kaca, hal penting yang harus dilalukan adalah menyiapkan alas kaki yang aman dan membersihkannya, bukan membiarkan dan mengabaikannya karena akan menjadi sumber luka. Tulisan ini secara khusus mengajak pembaca untuk memaknai keluarga broken home dari sisi yang berbeda.
Pada dasarnya, setiap anak tidak bisa memilih dalam keluarga mana dia akan dilahirkan dan dibesarkan. Menurut Bailon dan Maglaya (1978), keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu sama lain dan memiliki peran masing-masing. Keluarga yang tumbuh dengan kasih sayang antar anggotanya dikenal dengan istilah keluarga cemara.
Tidak Semua Anak Lahir dalam Keluarga Cemara
Sebagian anak tumbuh dengan luka atau trauma karena ketidakharmonisan orang tua serta pengasuhan abusive dan pengabaian. Kondisi ini dikenal dengan istilah broken home. Broken home menurut Wills (2015) adalah keluarga yang retak, yaitu hilangnya perhatian keluarga atau kasih sayang orang tua karena berbagai faktor. Broken home tidak hanya berlaku bagi anak yang orang tuanya bercerai. Walaupun secara fisik anak tinggal bersama orang tua, anak bisa saja mengalami broken home karena tidak adanya keharmonisan dalam keluarga.
Keluarga broken home dapat membawa anak pada masalah-masalah psikis dan masalah emosi saat dewasa. Anak mungkin saja tumbuh dengan belati yang bertahun-tahun menikamnya. Maka, menyadari adanya luka pengasuhan karena ketidakharmonisan keluarga menjadi hal yang penting untuk dilakukan. Luka pengasuhan harus diobati. Separah apapun, ‘pulih’ dari luka pengasuhan bukan hal yang mustahil untuk dilakukan.
Memahami dan Memaafkan Orang Tua
Tidak ada keluarga yang sempurna. Setiap orang tua mungkin saja melakukan kesalahan dalam mendidik anaknya. Ayah yang sering main tangan dan menggunakan kekerasan, serta ibu yang sering berteriak dan mengucapkan kata-kata menyakitkan mungkin saja tumbuh dengan orang tua yang mendidik mereka dengan cara seperti itu. Sehingga yang mereka tahu, begitulah cara mendidik anak. Terlebih pada zaman dahulu informasi atau seminar parenting belum banyak ditemukan seperti saat ini.
Memilih untuk meminimalisir bertemu dengan orang tua karena khawatir luka akan bertambah bukanlah hal yang dilarang. Tetapi, jangan sampai memutus hubungan dengan mereka. Karena bagaimanapun, orang tua adalah keluarga yang Allah beri dan pada keduanyalah bakti harus ditunaikan. Tidak tanggung-tanggung, Allah bahkan menjadikan bakti kepada orang tua sebagai salah satu pintu dari delapan pintu surga. Maka, alih-alih terus-menerus memaknai keluarga sebagai serpihan kaca yang menjadi sumber luka, keluarga yang tidak harmonis bagi anak broken home dapat dimaknai sebagai kendaraan yang Allah titipkan untuk mencapai tempat terindah; surga. Pelan-pelan, belajar berbakti pada orang tua untuk menaati perintah Allah, ya. Sebab untuk meraih surga, manusia akan ditanya terkait kewajibannya di dunia; yang salah satunya berbakti pada orang tua.
Memahami dan memaafkan kesalahan orang tua serta menunaikan bakti pada keduanya tentu bukan hal mudah, terlebih ketika diri sendiri juga babak belur secara psikis. Namun, Allah Yang Maha Besar akan selalu membukakan jalan bagi siapa saja yang bersungguh-sungguh, kan?.
Informasi menarik lainnya terkait keluarga dan kesehatan mental dapat diperoleh melalui media sosial Rumpun Nurani. Segera ikuti instagram @rumpunnurani untuk mendapatkan konten informatif dari sisi yang berbeda. Pertanyaan dan saran mengenai topik yang ingin dibahas dapat disampaikan melalui DM. Rumpun Nurani sangat peduli dengan kesehatan mental, termasuk kondisi mental anak broken home. Kampanye kepedulian terhadap kesehatan mental disuarakan melalui #connecttocare. Kawan Nurani dapat berpartisipasi mendukung kesehatan mental di Indonesia dengan menggunakan #connecttocare. Partisipasi dari Kawan Nurani sangat diharapkan agar semakin banyak yang menyadari pentingnya kesehatan mental.
Penulis :
Dewi F. Ningrum